Wednesday, June 29, 2011

perfect two part 3

3
START AGAIN


“It’s okay to be afraid.”

            Cheri keluar rumah dengan tampang cemberut. Tampak ayahnya mengantar Cheri sampai masuk mobilnya Kirana. Cheri memutuskan untuk duduk di depan, di samping pak Mamat, supirnya Kirana. Padahal Kirana menyuruh ia duduk di kursi belakang bersama Albi, tapi Cheri memutuskan untuk duduk di depan. Mobil berjalan meninggalkan rumah Cheri, ayah Cheri melambaikan tangannya melepaskan kepergian Cheri. Sepanjang perjalanan ke bandara, Cheri hanya mengobrol dengan pak Mamat. Ia tidak bergabung dengan pembicaraan Kirana dan yang lain yang duduk di kursi belakang.
            Bagas berbisik ke Kirana, “Cheri kenapa jutek gitu, yang?”
            “Tadinya dia gak mau ikut, tapi si om nyuruh dia ikut terus jadinya gi…”
            “Kenapa gak ada bilang sih itu diving spot!!!” Cheri mendengar bisikan Kirana ke Bagas dan langsung memotong ucapannya. Kirana terdiam, Bagas juga. Saling bertanya dengan hanya sebuah tatapan, mengapa Cheri bisa tahu? Padahal keduanya tidak memberitahu hal tersebut. Jika Cheri tahu, pasti dia menolak untuk pergi.
            Kirana mengambil handphonenya dan menulis sms untuk ayahnya Cheri. “Makasih om, Cheri jadi mau ikut.” Tulis Kirana di handphone dan memencet tombol sent. Pesannya pun terkirim. Ini bukan kali pertama hal seperti ini terjadi. Dulu hal seperti ini pernah terjadi, ketika Kirana dan Cheri merencanakan pergi ke Lombok. Tiba-tiba Cheri merenungkan niatnya untuk pergi karena Kirana mengajak Bagas tanpa bilang terlebih dahulu ke Cheri. Akhirnya Cheri tetap ikut setelah ayahnya membujuknya.
            Cheri, Kirana, Bagas dan Albi sampai di Bandara dan munggu untuk naik pesawat. Kirana mencoba berbicara ke Cheri tapi terlihat sekali Cheri tidak punya mood untuk pergi. Tiba-tiba handphone berbunyi. Cheri mengangkat telefon yang masuk ke handphonenya. Abang yang menelfon, menanyai keadaannya.
            “Iya, Abang. Ntar gw having fun disana. Pasti ayah nelfon lo ya?” terdengar Cheri berbicara dengan suara pelan. “Iya iya. Yaudah ya, gw udah mau naik pesawat nih. Daaa..”
            Telefon terputus. Cheri langsung menon-aktifkan handphonenya dan memasukannya ke dalam tas. Kirana dan Bagas saling melirik. “Masih berhubungan sama Abang dia, yang?” tanya Bagas dengan suara pelan. Kirana mengangguk. Bagas menghela nafas panjang.
            Pesawat tujuan Lombok take off. Kirana dan Bagas duduk berdua dibelakang kursi Cheri dan Albi. Tadinya Kirana yang mau duduk disamping Cheri, tapi Bagas nyuruh Kirana duduk dengannya. Kirana gak suka Albi dekat-dekat dengan Cheri karena penilaian Cheri berdasarkan fisiknya. Kirana masih tidak bisa terima alasan Albi menolak comblangannya dengan Cheri. 
            Seharunysa Kirana duduk di samping Cheri karena Cheri takut saat pesawat landing. Pramugari sudah mengumumkan pesawat akan landing beberapa menit lagi. Penumpang pesawat sudah diharuskan memakai seatbelt untuk pengamanan. Cheri mulai keringat dingin. Terlihat begitu gelisah ketika memasang seat beltnya dengan benar. Albi menoleh kea rah Cheri. Cheri terlihat begitu pucat dimata Albi. Bagas menyolek Albi dari samping kiri.
            “Cheri takut landing. Lo apain kek biar dia tenang,” bisik Bagas ke kuping Albi. Bagas langsung kembali duduk di kursinya dan Albi menjadi kebingungan sendiri. Albi terlihat celingak celinguk, menengok ke kanan lalu ke kiri mencari dia harus melakukan apa.
            Terdengar pramugari pesawat memberitahukan lagi pesawat akan landing dalam beberapa menit lagi. Albi semakin kebingungan. Ia melihat Cheri sudah tutup mata dan tangannya terlihat kaku memegang sandaran tangan di kursi. Akhirnya Albi bertindak meskipun ia takut akan berbuat salah karena Cheri sedang tidak mood, sedang BT. Albi mencolek bahu kiri Cheri tapi Cheri malah mengeleng-geleng tidak mau membuka matanya. Tangannya terlihat libing menggenggam sandaran tangan di kursi.
            “Y-y-y-you c-c-a…” Albi membersihakn kerongkongannya. Ia menarik nafas dan kembali berbicara, “you can hold.. hold my hand if you want. It’s better than.. that.”
            Cheri menggeleng. Albi menggaruk rambutnya, ia bingung harus berbuat apa lagi. Pesawat mulai terasa turun ke tanah. Tiba-tiba Cheri mendekat kea rah Albi dan memeluk lengan kanannya Albi. Kepalanya menempel di bahu Albi. Albi tertawa kecil melihat Cheri.
            “Kok gw ngerasa seneng diginiin sama Cheri?” tanya Albi dalam hatinya.
            Setelah pesawat mendarat, Cheri langsung melepaskan tangannya dari lengan Albi. Wajah pucatnya sediki demi sedikit memudar dan kembali normal. Keringat dinginnya hilang seiring mendaratnya pesawat di tanah. Sebelum keluar dari pesawat, tak lupa Cheri mengucapkan terimakasih ke Albi tapi kemudian mereka berdua tidak banyak berkomunikasi selama perjalanan dari keluar pesawat hingga pulau yang dituju.
            Kirana, Bagas, dan Albi tertegun diam menghadap kea rah barat. Diujung laut sana terlihat matahari pelan-pelang tenggelam, langtipun dengan lambat tapi pasti berganti malam. Cheri ada di dalam cottage, sedangkan yang lain ada diluar cottage menikmati indahnya sunset. Malam semakin larut, Kirana dan Bagas masuk ke kamarnya masing-masing, tidak satu kamar. Kirana satu kamar dengan Cheri, sedangkan Bagas bersama Albi. Albi sedang sibuk mengurus rencana diving besok pagi. Ia tidak terlihat ada di cottage setelah selesai melihat sunset. Cheri duduk di taman kecil di depan cottagenya. Duduk memandangi ombak laut yang begitu tenang suaranya, dan merasakan nyamannya udara malam di pulau tersebut.
            Albi kembali ke cottage untuk istirahat setelah urusan diving besok hari selesai ia urus. Ketika mau masuk ke rumah ia tak sengaja melihat Cheri masih duduk-duduk di luar. Ia melihat ke jam tangannya, pukul 11 malam. Ia pun menghampiri Cheri dan duduk di sampingnya.
            “Masuk angin loh Cher, malam-malam gini masih di luar,” ucap Bagas.
            “Setiap gw denger suara ombak, menciup bau pasir, pasti semua beban serasa hilang. Tenang banget.”  Suara Cheri terdengar begitu tenang, tidak seperti orangnya yang sedang bad mood.
            “Good for you. Glad to hear that. Kita semua gak enak, hmm ngerasa bersalah sama lo.”
            “Kalau besok pada mau diving, pergi aja. Gw di sini aja, nyari aktifitas lain.”
            Mendengar itu, Albi langsung menjelaskan banyak hal tentang aktifitas yang bisa di lakukan di pulau ini selain diving. Aktifitas yang seru, meskipun lebih seru diving menurut Albi. Cheri tersenyum setelah Albi selesai menjelaskan hal tersebut. Tiba-tiba Albi merasa senang melihat Cheri tersenyum. Kemudian ia memalingkan wajahnya dari arah Cheri.
            “Tuh kan, kok gw seneng lagi? Deg-degan pula,” ucapnya dalam hati. Albi kemudian mengajak Cheri masuk ke cottage dan Cheri menyetujuinya. Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam cottage. Ternyata Kirana dari jendela di lantai dua memperhatikan Cheri dan Albi.
            “Lo mau mainin temen gw yah, Bi?” tanya Kirana penasaran sambil melihat Cheri dan Albi memasuki cottage.
            Jam Sembilan pagi, Kirana, Bagas, Albi, dan Cheri terlihat berada di dermaga menunggu kapal yang akan membawa mereka ketengah laut untuk diving datang. Cheri tidak ikut, hanya mengantar mereka pergi. Kirana dan Cheri sudah berkomunikasi lagi, sudah baikan lagi. Kirana minta maaf karena merahasiakan tentang pulau ini ke Cheri. Cheripun menerima alasannya Kirana dan juga minta maaf. Mereka berdua kemarin malam saling minta maaf dan memaafkan dan kembali berkomunikasi dengan baik sebagai sahabat.
            “Tuh kapalnya dateng. Gw ke belakang yah, mau latihan surfing,” Cheri tersenyum lebar ke ketiga temannya. Kemudian ia pergi. “Oh iya,” Cheri berjalan kembali ke arah Kirana. Ia memberikan sebuah kamera dan diterima oleh Kirana. “Ayah minta fotoin. Have fun.”
            “Lo juga yah, Cher. Sorry.” Ucap Kirana. Mereka berdua berpelukan. Kapal berhenti di dermaga, Cheri pun sudah berjalan sangat jauh dari dermaga bahkan sudah tidak terlihat lagi melalui pandangan Kirana.
            Semua tamu yang mau diving sudah masuk ke dalam kapal. Mesin kapal pun di nyalakan. Tiba-tiba Albi berdiri dan keluar dari kapal, loncat ke dermaga. “Mau kemana, bro?!” teriak Bagas dari kapal.
            “Gw ikut yang besok aja ya!! Ada kerjaan, gw mesti online sekarang.” Albi berlari meninggalkan dermaga sambil berteriak, “HAVE FUN BRO!!!!”
            Kirana menangkap hall aneh dari tindakan Albi barusan. Ia memandang Bagas dengan mata sinis. “Biarinlah yang, kan dia juga kerja, sama kayak aku. Kita diving berdua aja.” Bagas melihat ke sekeliling kapal, “rame-rame sama yang lain.” Bagas memeluk Kirana, mencoba menghilangkan kesinisan yang teraut dari wajahnya Kirana.
            Albi berlari dari dermaga menuju arah timur pulau, atau disebut belakang pulau. Albi berhenti berlari setelah sampai di timur pulau. Ia melihat Cheri sedang di jelaskan sesuatu oleh sesorang di pantai. Kemudian ia berjalan mendekat mereka. Cheri kaget melihat Albi ada disini, di tempat untuk surfing.
            “Mau ikut surfing juga? Namanya siapa mas?” tanya lelaki yang berhenti menjelaskan tentang surfing ketika Albi datang.
            “Albi. Iya, saya mau ikut juga.”
            “Oke. Mas Albi bisa duduk di papan surfing disamping mba Cheri.” Ucap lelaki yang dikenal sebagai pelatih surfing di pulau tersebut. “Oh saya lupa, saya Arman.”
            Albi duduk di atas papan surfing yang ditunjuk Arman dan mulai mendengar penjelasannya. Cheri menengok ke arah Albi dan mulai berbicara dengan suara yang amat pelan, “ngapain disini?”
            “Mana enak sih surfing sendiri,” jawab Albi dengan suara yang lebih terdengar daripada Cheri sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
            Cheri terdiam melihat gerak-gerik Albi dan ia mulai tertawa. “Gak liat?” ucap Cheri dengan hanya gerak mulut saja tanpa suara. Tangannya bergerak menunjuk keseluruhan orang yang sedang duduk mendengar penjelasan Arman.
            Tengah hari Albi dan Cheri selesai bermain surfing. Mereka berdua terlihat sangat senang terjatuh berkali-kali di laut karena tidak berhasil berdiri diatas papan surfing. Keduanya kembali ke cottage untuk makan siang. Ternyata Bagas dan Kirana sudah pulang. Mereka berempat akhirnya makan siang bersama.
            “Besok ikut diving dong, Cher. Masa lo mau beraktifitas sendirian mulu,” ucap Albi ke Cheri ketika selesai snorkeling pada siang hari tersebut. Mereka berdua duduk di pantai, melihat keindahan laut ketika siang hari.
            “Udah biasa sendirian. Nope for diving.”
            “Kenapa sih lo gak mau diving lagi? Kan enak, nanti bisa diving bareng Nadine Chandrawinata.”
            Cheri tertawa mendengar ucapan Albi. Tak pernah terlintas dibenaknya akan diving bersama Nadine Chandrawinata. Cheripun menceritakan kejadian saat ia berumur 16 tahun, kejadian yang membuatnya tidak pernah diving lagi.
            Saat itu Cheri diving di kepulauan seribu bersama Kirana, Bagas, dan teman-temannya. Cheri asik berenang di dalam laut, memfoto bagusnya karang-karang dan biota laut yang ia temui. Dan ia baru sadar ia sendirian, ia tak melihat lagi teman-temannya di sekitarnya. Tiba-tiba tabung oksigen miliknya habis dan terpaksa ia menahan nafas untuk berenang ke permukaan. Tapi permukaan begitu terasa jauh. Kupingnya mulai sakit dan tiba-tiba kakinya keram. “Akhirnya mereka nemuin gw udah gak sadar, tapi kemudian gw sadar udah di atas kapal. Dan semenjak saat itu, laut dalam itu gelap, menyeramkan, dan gw gak berani diving lagi,” ucap Cheri menyelesaikan ceritanya.
            “Sayang banget loh, Cher. It’s okay to be afraid, tapi jangan sampe itu menghalangi lo dengan sesuatu yang lo suka.”
            “Maksudnya?”
            “Contohnya gw. Gw takut nembak cewe, gw takut untuk jujur sama perasaan gw. itu kan menghalangi gw jadian sama cewe yang gw suka. Ja…” Albi berhenti berbicara. Ia baru sadar omongannya tidak nyambung dengan maksud omongan sebelumnya. “Kenapa gw jadi curhat?” tanya Albi dalam hati.
            Cheri mengangguk, seperti mendaptkan sesuatu dari ucapannya Albi. Kirana dan Bagas berjalan kearah Cheri dan kemudian duduk di depan Cheri dan Albi. Tak lama kemudian Cheri kembali ke cottage dan tersisa Albi, Bagas, dan Kirana di pantai dengan badan basah. Matahari tidak langsung menyengat tubuh mereka karena mereka duduk di bawah payung pantai.
            Kirana tiba-tiba berdiri tak lama setelah Cheri pergi. Ia memandang lurus ke arah Albi dengan wajah sedikit emosi. Iapun berkata dengan nada sedikit emosi, “mau lo apasih, Bi?! Dibantuin deket sama Cheri tapi gak mau karena bukan tipe lo.”
            “Bentar-bentar, gw gak ngomong itu.”
            “Ya tersirat!! Intinya kan gitu. Terus kenapa sekarang lo sok asik gitu ngedeketin Cheri? Asal lo tahu aja ya, Cheri tuh lagi naksir sama cowo dan sekalinya dia suka sama cowo, susah untuk suka sama yang lain.”
            Bagas akhirnya berbicara mencoba menenangkan Kirana, “yang, udahlah gak usah dibahas lagi. Perasaan orang siapa bisa maksa sih.”
            “Kamu kok belain Albi? Kamu sahabatnya siapa sih? Cheri apa Albi?” Kirana pun pergi dengan raut muka yang sangat kesal. Bagas mencoba memanggilnya tapi Kirana tetap pergi dari pantai, berjalan ke arah cottage.
            “Sorry ya, Bi. Kirana kalau udah masalah nyinggung-nyinggung sahabatnya emang gitu. Dia care banget sih,” ucap Bagas.
            “Wajar kali, cewek kan emang gitu.” Albi menunduk. Ia merasa begitu bersalah kepada Cheri setelah mendengar perkataan Kirana. Lalu ia teringat sesuatu. “Waktu itu sebenernya gw belom selese ngomong loh, Gas.”
            “Hah? Waktu itu kapan?” tanya Bagas kaget mendengar ucapan Albi.
            “Pas di kampus, pas gw tahu elo sama Kirana jodohin gw sama Cheri. Itu gw belom selese ngomong, tapi elo udah keburu kabur. Sebenernya tuh ya….”
            Di dalam kamar, Kirana melihat Cheri sedang duduk diatas kasur dan melamun. Kirana duduk di sampingnya dan memberhentikan lamunannya Cheri. Sesuatu terjadi sama Cheri, Kirana menyadarinya. Tapi ia tidak berkata apapun kepada Cheri. Ia menunggu Cheri menceritakannya, semuanya kepada Kirana.
            Kirana terus menunggu Cheri untuk bicara sesuatu kepadanya. Ia menonton televise, sedangkan Cheri tetap melamun. Rasa penasaran begitu besar di benaknya Kirana, ingin sekali ia mengetahui apa yang terjadi dengan Cheri. Tapi Kirana gak bakal memaksa Cheri untuk bicara jika ia tidak mau bicara. Karena bosan menunggu, Kirana memutuskan untuk mandi. Di depan pintu kamar mandi Kirana berdiri, tidak mencoba membuka pintu kamar mandi padahal tangan kanannya sudah diatas gagang pintu kamar mandi. Ia berbalik badan dan kembali duduk di samping Cheri.
            “I neet to tell you something, Kirana.” Ucap Cheri yang membuat Kirana tak jadi masuk ke kamar mandi.
            “Ngomong apa sayang? Gw siap mendengarkan, semuanya.”
            “I have a habit of falling too hard and falling too fast and getting my hopes up for something that won’t last.”
            “So, this man, mystery guy, are you give up already?”
            Cheri memikirkan jawaban atas pertanyaan Kirana. Sudah terlalu sering Cheri berhenti menyukai seseorang karena merasa tidak ada peluang untuk orang tersebut menyukainya lagi. Tapi kali ini dia gak mau berhenti segampang ini. Lelaki satu ini selalu bikin Cheri penasaran dan selalu bahagia jika ngobrol bareng. Cheri menggeleng menjawab pertanyaan Kirana.
            “That’s my girl. Tunjukin ke gebetan lo itu kalau cinta tumbuh seiring waktu. Gw sama Bagas bisa jadi panutannya.”
            “Tapi tetep ya, gw kasih tau siapa orangnya….”
            Kirana mengangguk, padahal Cheri belum menyelesaikan perkataannya. “Kalau udah ada lampu hijau dari gebetan lo itu, kasih tau gw yah.” keduanya memberikan senyuman. Kirana begitu pengertian dengan Cheri. Ia menganggap Cheri sudah seperti adiknya sendiri. Apapun yang bikin Cheri senang, pasti Kirana setuju. “Biar gampang, kita sebut gebetan lo ini hmm siapa yah?”
            “Gw udah punya nama samaran,” Kirana tampak penasaran menunggu Cheri memberitahu nama samara lelaki tersebut. “Bruno!!”
            Kirana dapat menebak kenapa Cheri memilih nama Bruno untuk menyamarkan nama asli lelaki yang ia sukai. Alsannya sangat mudah, Cheri adalah fans Bruno Mars. Mereka berdua setuju untuk menyamarkan namanya dengan Bruno. Dalam lubuk hati Kirana, ia merasa senang Cheri tidak mudah menyerah untuk mendapatkan cintanya. Ia tak mau Cheri hanya stuck di Abang, dan tidak jadian-jadian lagi.

No comments:

Post a Comment