Thursday, June 2, 2011

perfect two part 1

1
STUPID CUPID

“Beauty fades, personality lasts forever”

Cheri mengambil barang-barangnya yang ada di loker. Tapi seketika dia terdiam, berhenti memasukan buku yang masih ada di dalam loker ke tasnya. Matanya tertuju kepada seorang lelaki yang berjalan menuju sahabatnya, Kirana. Cheri langsung memasukan semua bukunya ke dalam tas, menutup loker, dan lekas pergi menjauh dari Kirana. Kirana menoleh dan menyadari keanehan yang terjadi dengan Cheri. Lelaki tersebut mendekat ke Kirana dan menyapanya.
            “Cheri kenapa kabur ya?” tanya Kirana dengan suara pelan.
            Kirana menoleh ke lelaki yang menyapanya. Kirana mendapatkan dua orang laki-laki berdiri di sampingnya. Bagas dan seorang temannya. Mereka berdua jarang terlihat di fakultas dimana Cheri dan Kirana berkuliah, karena mereka kuliah di fakultas yang berbeda.
            “Tadi perasaan ada Cheri deh yang. Kok dia kabur?” tanya Bagas ke Kirana.
            “Aku juga gak ngerti. Gak ngomong apa-apa. Biarin deh. Pulang deh yuk.”
            Keesokan harinya, Kirana tidak melihat Cheri di kampus. Kirana mencari ke kelas-kelas, ke kantin, sampai ke gedung administrasi tapi dia belum juga melihat Cheri. Kirana pun menelfonnya tapi tidak diangkat. Kirana melihat ke jam tangannya, pukul 13.00. ia baru ingat kalau jam segini Cheri sedang ada dimana. Di kantin fakultasnya Bagas. Kira-kira satu bulan lalu Cheri menceritakan ke Kirana bahwa dia lagi suka sama seorang cowok di fakultasnya Bagas. Tapi dia belum tau namanya siapa, angkatan berapa, dan jurusan apa. Hampir setiap hari kamis Cheri selalu menyempatkan makan siang di kantin fakultas tersebut, hanya sekedar untuk melihat orang yang disukanya saja.
            Kirana tidak salah. Ia melihat Cheri sedang duduk bersama teman sejurusannya dan terlihat Cheris sedang mencari seseorang. Pandangannya terlihat berjalan, dari satu orang ke orang lain.
            “Ngemodus gak ngajak-ngajak!” Kirana langsung duduk di samping Cheri dan mengkagetkannya.
            “Kan lo udah punya Bagas, ngapain ngemodus lagi.” Ejek Cheri.
            Kirana dan Bagas sudah berpacaran lebih dari 3 tahun, tahun ini adalah tahun ke empatnya. Tahun ini juga tahun terakhirnya Bagas kuliah. Bagas sudah di semester akhir, sedangkan Kirana dan Cheri masih di tahun ke-2.
            “Yang mana sih cowonya? Kayaknya gw udah hampir 10 kali nemenin lo kesini orangnya gak ada mulu.” Ucap Kirana yang ikut mencari lelaki yang disukai sahabatnya tersebut.
            Cheri menggeleng. Lagi-lagi lelaki tersebut tidak terlihat. Padahal sebelumnya, setiap hari Kamis jam 1 siang pasti orang itu ada di kantin, membeli makan dan kemudia makan di tempat lain. Teman sejurusan Cheri izin pulang duluan karena ada keperluan lain dan meninggalkan Kirana dan Cheri. Tidak lama kemudian Bagas datang dan ikut bergabung dengan Cheri dan Kirana.
            “Orangnya yang mana sih yang? Kali aja temen sejurusan aku.” Tanya Bagas ke Kirana.
            “Aku aja gak tau. Cheri gak nunjukin.”
            Bagas berdiri dari kursinya dan berkata, “pada mau mesen apa? Sekalian nih.”
            Kirana dan Cheri menyebutkan pesanan makan siang mereka dan Bagas pun pergi. Cheri menunduk, tersirat kekecewaan di wajahnya. Kirana merangkulnya dan mencoba menghibur sahabatnya tersebut. Cheri bukanlah tipe perempuan yang mudah suka sama lelaki, terkadang dia hanya ngefans tanpa mengakui di suka. Tapi sekalinya di sudah suka dengan seorang lelaki maka ia pun akan berusaha untuk dekat dengannya.
            “Cheers up dong! Lagi kelas kali orangnya,” ucap Kirana.
            “Udah dua minggu gw kesini gak pernah ngeliat dia lagi. Gak jodoh kali ya. Hahaha.”
Kirana menyadari kekecewaan Cheri. Ia ingin sekali sahabatnya punya pacar karena ia merasa bersalah sering ninggalin Cheri sendirian. Kirana lebih sering pergi bareng Bagas daripada bersama sahabatnya. Tapi setiap kali Kirana ingin mengajak Cheri pergi, Cheri selalu berkata “udah sama Bagas aja. Pacaran gih.” Bagaspun sering gak enak dengan Cheri kalau mereka pergi bertiga. Bagas dan Kirana serba salah. Jika mereka pergi bersama Cheri pasti Cheri ngerasa di kacangin, kalau gak diajak kasian juga sendirian di rumah.
“Kok cuman dua? Punya Cheri mana yang?” tanya Kirana ketika Bagas datang dan membawa dua piring di tangannya.
“Kan tangan aku cuman dua. Ada di temen gw ya, Cher. Ntar juga dia kesini.”
Cheri mengangguk dan kembali menunduk. Jari tangannya mengorek-ngorek meja. Kirana memberhentikannya dan mengasih hand sanitizer ke Cheri. Untuk masalah mau makan, Kirana emang paling repot. Tangan harus bersih, entah cuci tangan pakai air maupun sekedar memaki hand sanitizer. Pokoknya selama Kirana melihat orang-orang disekitarnya belum cuci tangan, ia akan sigap bertindak.
Sebuah piring diletakan di meja, di depan Cheri. Cheri menegakan kepalanya dan memandang ke arah orang yang membawa makannannya tersebut.
“Bro kenalan dulu. Ini Kirana pacar gw, yang ini Cheri sahabat Kiran dan sahabat gw juga.”
Lelaki tersebut mengulurkan tangannya ke Kirana dan kemudian ke Cheri sambil menyebutkan namaya, “Albi.”
Albi dan Cheri berjabatan tangan cukup lama. Mereka saling memandang dan terdiam. Baru setelah beberapa detik mereka berjabatan tangan, Albi menyebutkan namanya. Dan kemudian mereka melapskan jabatan tangan tersebut. Albi kemudian duduk.
“Albi anak HI, yang. Anak pinter, anak pilot.” Ucap Bagas.
“Yaelah HI doang. Lah lo apaan, komunikasi, tingkat akhir, kurang pinter apalagi? Udah kerja, penghasilannya bagus, salut gw bro.” Ucap Albi sambil menepuk pundak Bagas.
Albi bukanlah sahabat Bagas. Mereka baru dekat kira-kira dari awal semester ini, semester 6 untuk Bagas, semester 4 untuk Albi. Mereka berempat mengobrol banyak selama makan siang. Hanya Cheri yang tidak banyak bicara. Kirana sering menoleh ke arah Cheri yang jarang bersuara dan bergabung di pembicaraan. Cheri meminum minuman yang ia pesan dan berdiri.
“Gw ada kelas. Baru inget. Sorry ya, duluan.”
Cheri lekas pergi dari kantin. Kirana melihat Cheri sampai ia menghilang dari kerumunan orang di kantin. Bagas pun bertanya ada apa dengan Cheri.
“Dia udah lama gak ngeliat gebetannya, yang. Kayaknya mau give up deh.”
“Dia emang pendiem yah?” tanya Albi.
“Kagak! Bawel malah. Tapi gitu kalau  udah gak mood, diem gitu.” Jawab Bagas.
Di perjalanan pulang, Kirana masih memikirkan perasaan Cheri. Ia berfikir pasti Cheri udah suka banget sama gebetannya. Tapi karena udah gak pernah ketemu jadi desperate dan memutuskan untuk berhenti.
“Kita comblangin Cheri aja yuk, yang.” Tiba-tiba ide itu melintas di pikirannya Kirana dan lekas ia beritahukan ke Bagas. Bagas meresponnya dengan baik.
“Aku juga mikirin itu!! Sama siapa tapi?”
Mereka berdua terdiam dan mencari sesosk nama yang pa untuk di jodohkan kepada Cheri. Tiba-tiba di pikiran Kirana dan Bagas terbayang ketika Albi dan Cheri berkenalan. Kirana dan Bagas saling memendang satu sama lain dan tersenyum.
Cheri hampir 5 tahun menjomblo. Sejak putus dengan pacarnya, Cheri jarang terliaht suka sama cowo lain. Kirana sering mengenali Cheri dengan teman-teman prianya, tapi tetep Cheri gak mau suka dulu sama cowo. Mau fokus kuliah itu alesannya.  
Bagas dan Kirana mulai mencoblangi Cheri dan Albi. Mereka berempat pergi menonton di bioskop bersama. Kiran mengatur seatnya supaya Cheri dan Albi bisa duduk bersebelahan. Ketika selesai menonton, Bagas dan Kirana sengaja berjalan didepan Cheri dan Albi supaya mereka berduaan berjalan bersama. Tak jarang Albi mengajak Cheri mengobrol, tapi Cheri seperti kurang tertarik dengan topic di bicarakan Albi. Minggu berikutnya, Kirana dan Bagas bekerja lagi mencomblangi mereka berdua. Tapi hasilnya seperti tidak ada yang berubuah. Cheri tetep belum terlihat tertarik dengan pembicaran Albis. Malah Bagas yang diajak ngobrol oleh Albi.
“Denger-denger lo suka diving yah, Bi? Cheri suka banget sama diving.” Ucap Kirana ketika makan malam di sebuah restaurant. Ini sudah ke-empat kalinya mereka pergi berempat, Kirana dan Bagas tetap bekerja sebagai cupid untuk Cheri dan Albi.
            “Not anymore,” jawab Cheri.
            “Loh kenapa? Kan diving seru, Cher.” Ucap Albi.
            “Lebih interest sama snorkeling.”
            Albi mengangguk-angguk menanggapi ucapan Cheri. Kirana dan Bagas saling berpandangan dan tersenyum. Mereka merasakan Albi dan Cheri akhirnya punya topic pembicaraan yang bagus.
            “Udah pernah snorkeling dimana aja, Cher?”
            Albi dan Cheri banyak mengobrol malam itu. Tentu saja tentang laut, pantai, snorkeling, dan sedikit  diving. Keduanya menyukai kegiatan outdoor, khususnya di pantai. Ide pun terlintas di benaknnya Kirana.
            “Kayaknya kalau liburan ke Bali bareng bakal jadian nih mereka,” ucap Kirana dalam hati.
            “Bali nih bisa,” ucap Bagas dalam hati.
            “Ke Bali yuk!!” ucap Bagas dan Kirana berbarengan. Keduanya pun tertawa.
            “Yaah Bali mah udah biasa. Ntar gw kasih tempat yang lebih oke dari Bali. Yang masih virgin from the crowded.” Ucap Albi menanggapi ajakan Kirana dan Bagas.
            Ketika Albi dan Cheri sudah terlihat memiliki kesamaan, ternyata semuanya harus berubah. Beberapa hari setelah makan malam itu, Albi berbicara empat mata dengan Bagas. Albi menyadari ada sesuatu di balik seringnya mereka pergi berempat.
            “Ya terus kenapa mesti gw? kenapa mesti gw dan Cheri?” Albi menyadari kalau Bagas dan Kirana sedang menjodohkan mereka berdua.
            “Kan lo tau gw lagi suka sama orang. Kenapa mesti dijodohin sih, Kirana?!” dan ternyata di tempat lain, Cheri juga menyadari hal tersebut.
            Kirana dan Bagas menjelaskan semuanya. Bagaimana mereka merasa bersalah dengan Cheri, bagaimana mereka kasian ngeliat Cheri yang desperate sama gebetannya yang masih belum jelas, dan lain-lain.
            “Tapi gw gak suka di jodoh-jodohin gini.” Ucap Albi. Bagas menangkap alesannya Albi.
            “Jadi ini gara-gara fisik? Ya gw tau lo eksis sama cewe-cewe di sini. Cheri emang gak secantik mereka, segaul merek, tapi….” Bagas menarik nafas panjang. “Sayang aja jaman sekarang masih nilai fisik. Cantik relative kali dan pudar kok seiring waktu.”
            “Bukan gitu, bro. gw bukan nolak gara -gara fisiknya Cheri, tapi….”
            Bagas memotong ucapan Albi, “yaudahlah, apapun itu. Gw sama Kirana minta maaf deh kalo udah bikin annoying beberapa kali.” Bagas pergi meninggalkan Albi. Langkahnya kemudian terhenti dan ia balik badan dan berkata kepada Albi, “santai aja bro sama gw. I’m oke with that. Duluan ya!”
            Setelah Bagas pergi, Albi dihampiri oleh seorang perempuan dengan fisik yang disebutin Bagas tadi. Cantik, gaul, dan lain-lain. Ia mengajak Albi pergi ke mall. Albi susah untuk menolak karena dia takut menyakiti perasaan perempuan. Akhirnya ia pergi bersama perempuan tersebut dengan  membawa beberapa kata yang belum dia ucapkan ke Bagas. Bukan karena fisik dia gak mau dijodohkan ke Cheri, bukan itu. Ada alesan lain yang belum sempat ia terangkan ke Bagas, tapi Bagas terlanjur mengambil kesimpulan dan pergi.


-----


i still don't know whether it's gonna be short story (1/2/3 part) or a novel. and still don't know the title of this continued story. stay tuned.

No comments:

Post a Comment