Wednesday, June 29, 2011

perfect two part 3

3
START AGAIN


“It’s okay to be afraid.”

            Cheri keluar rumah dengan tampang cemberut. Tampak ayahnya mengantar Cheri sampai masuk mobilnya Kirana. Cheri memutuskan untuk duduk di depan, di samping pak Mamat, supirnya Kirana. Padahal Kirana menyuruh ia duduk di kursi belakang bersama Albi, tapi Cheri memutuskan untuk duduk di depan. Mobil berjalan meninggalkan rumah Cheri, ayah Cheri melambaikan tangannya melepaskan kepergian Cheri. Sepanjang perjalanan ke bandara, Cheri hanya mengobrol dengan pak Mamat. Ia tidak bergabung dengan pembicaraan Kirana dan yang lain yang duduk di kursi belakang.
            Bagas berbisik ke Kirana, “Cheri kenapa jutek gitu, yang?”
            “Tadinya dia gak mau ikut, tapi si om nyuruh dia ikut terus jadinya gi…”
            “Kenapa gak ada bilang sih itu diving spot!!!” Cheri mendengar bisikan Kirana ke Bagas dan langsung memotong ucapannya. Kirana terdiam, Bagas juga. Saling bertanya dengan hanya sebuah tatapan, mengapa Cheri bisa tahu? Padahal keduanya tidak memberitahu hal tersebut. Jika Cheri tahu, pasti dia menolak untuk pergi.
            Kirana mengambil handphonenya dan menulis sms untuk ayahnya Cheri. “Makasih om, Cheri jadi mau ikut.” Tulis Kirana di handphone dan memencet tombol sent. Pesannya pun terkirim. Ini bukan kali pertama hal seperti ini terjadi. Dulu hal seperti ini pernah terjadi, ketika Kirana dan Cheri merencanakan pergi ke Lombok. Tiba-tiba Cheri merenungkan niatnya untuk pergi karena Kirana mengajak Bagas tanpa bilang terlebih dahulu ke Cheri. Akhirnya Cheri tetap ikut setelah ayahnya membujuknya.
            Cheri, Kirana, Bagas dan Albi sampai di Bandara dan munggu untuk naik pesawat. Kirana mencoba berbicara ke Cheri tapi terlihat sekali Cheri tidak punya mood untuk pergi. Tiba-tiba handphone berbunyi. Cheri mengangkat telefon yang masuk ke handphonenya. Abang yang menelfon, menanyai keadaannya.
            “Iya, Abang. Ntar gw having fun disana. Pasti ayah nelfon lo ya?” terdengar Cheri berbicara dengan suara pelan. “Iya iya. Yaudah ya, gw udah mau naik pesawat nih. Daaa..”
            Telefon terputus. Cheri langsung menon-aktifkan handphonenya dan memasukannya ke dalam tas. Kirana dan Bagas saling melirik. “Masih berhubungan sama Abang dia, yang?” tanya Bagas dengan suara pelan. Kirana mengangguk. Bagas menghela nafas panjang.
            Pesawat tujuan Lombok take off. Kirana dan Bagas duduk berdua dibelakang kursi Cheri dan Albi. Tadinya Kirana yang mau duduk disamping Cheri, tapi Bagas nyuruh Kirana duduk dengannya. Kirana gak suka Albi dekat-dekat dengan Cheri karena penilaian Cheri berdasarkan fisiknya. Kirana masih tidak bisa terima alasan Albi menolak comblangannya dengan Cheri. 
            Seharunysa Kirana duduk di samping Cheri karena Cheri takut saat pesawat landing. Pramugari sudah mengumumkan pesawat akan landing beberapa menit lagi. Penumpang pesawat sudah diharuskan memakai seatbelt untuk pengamanan. Cheri mulai keringat dingin. Terlihat begitu gelisah ketika memasang seat beltnya dengan benar. Albi menoleh kea rah Cheri. Cheri terlihat begitu pucat dimata Albi. Bagas menyolek Albi dari samping kiri.
            “Cheri takut landing. Lo apain kek biar dia tenang,” bisik Bagas ke kuping Albi. Bagas langsung kembali duduk di kursinya dan Albi menjadi kebingungan sendiri. Albi terlihat celingak celinguk, menengok ke kanan lalu ke kiri mencari dia harus melakukan apa.
            Terdengar pramugari pesawat memberitahukan lagi pesawat akan landing dalam beberapa menit lagi. Albi semakin kebingungan. Ia melihat Cheri sudah tutup mata dan tangannya terlihat kaku memegang sandaran tangan di kursi. Akhirnya Albi bertindak meskipun ia takut akan berbuat salah karena Cheri sedang tidak mood, sedang BT. Albi mencolek bahu kiri Cheri tapi Cheri malah mengeleng-geleng tidak mau membuka matanya. Tangannya terlihat libing menggenggam sandaran tangan di kursi.
            “Y-y-y-you c-c-a…” Albi membersihakn kerongkongannya. Ia menarik nafas dan kembali berbicara, “you can hold.. hold my hand if you want. It’s better than.. that.”
            Cheri menggeleng. Albi menggaruk rambutnya, ia bingung harus berbuat apa lagi. Pesawat mulai terasa turun ke tanah. Tiba-tiba Cheri mendekat kea rah Albi dan memeluk lengan kanannya Albi. Kepalanya menempel di bahu Albi. Albi tertawa kecil melihat Cheri.
            “Kok gw ngerasa seneng diginiin sama Cheri?” tanya Albi dalam hatinya.
            Setelah pesawat mendarat, Cheri langsung melepaskan tangannya dari lengan Albi. Wajah pucatnya sediki demi sedikit memudar dan kembali normal. Keringat dinginnya hilang seiring mendaratnya pesawat di tanah. Sebelum keluar dari pesawat, tak lupa Cheri mengucapkan terimakasih ke Albi tapi kemudian mereka berdua tidak banyak berkomunikasi selama perjalanan dari keluar pesawat hingga pulau yang dituju.
            Kirana, Bagas, dan Albi tertegun diam menghadap kea rah barat. Diujung laut sana terlihat matahari pelan-pelang tenggelam, langtipun dengan lambat tapi pasti berganti malam. Cheri ada di dalam cottage, sedangkan yang lain ada diluar cottage menikmati indahnya sunset. Malam semakin larut, Kirana dan Bagas masuk ke kamarnya masing-masing, tidak satu kamar. Kirana satu kamar dengan Cheri, sedangkan Bagas bersama Albi. Albi sedang sibuk mengurus rencana diving besok pagi. Ia tidak terlihat ada di cottage setelah selesai melihat sunset. Cheri duduk di taman kecil di depan cottagenya. Duduk memandangi ombak laut yang begitu tenang suaranya, dan merasakan nyamannya udara malam di pulau tersebut.
            Albi kembali ke cottage untuk istirahat setelah urusan diving besok hari selesai ia urus. Ketika mau masuk ke rumah ia tak sengaja melihat Cheri masih duduk-duduk di luar. Ia melihat ke jam tangannya, pukul 11 malam. Ia pun menghampiri Cheri dan duduk di sampingnya.
            “Masuk angin loh Cher, malam-malam gini masih di luar,” ucap Bagas.
            “Setiap gw denger suara ombak, menciup bau pasir, pasti semua beban serasa hilang. Tenang banget.”  Suara Cheri terdengar begitu tenang, tidak seperti orangnya yang sedang bad mood.
            “Good for you. Glad to hear that. Kita semua gak enak, hmm ngerasa bersalah sama lo.”
            “Kalau besok pada mau diving, pergi aja. Gw di sini aja, nyari aktifitas lain.”
            Mendengar itu, Albi langsung menjelaskan banyak hal tentang aktifitas yang bisa di lakukan di pulau ini selain diving. Aktifitas yang seru, meskipun lebih seru diving menurut Albi. Cheri tersenyum setelah Albi selesai menjelaskan hal tersebut. Tiba-tiba Albi merasa senang melihat Cheri tersenyum. Kemudian ia memalingkan wajahnya dari arah Cheri.
            “Tuh kan, kok gw seneng lagi? Deg-degan pula,” ucapnya dalam hati. Albi kemudian mengajak Cheri masuk ke cottage dan Cheri menyetujuinya. Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam cottage. Ternyata Kirana dari jendela di lantai dua memperhatikan Cheri dan Albi.
            “Lo mau mainin temen gw yah, Bi?” tanya Kirana penasaran sambil melihat Cheri dan Albi memasuki cottage.
            Jam Sembilan pagi, Kirana, Bagas, Albi, dan Cheri terlihat berada di dermaga menunggu kapal yang akan membawa mereka ketengah laut untuk diving datang. Cheri tidak ikut, hanya mengantar mereka pergi. Kirana dan Cheri sudah berkomunikasi lagi, sudah baikan lagi. Kirana minta maaf karena merahasiakan tentang pulau ini ke Cheri. Cheripun menerima alasannya Kirana dan juga minta maaf. Mereka berdua kemarin malam saling minta maaf dan memaafkan dan kembali berkomunikasi dengan baik sebagai sahabat.
            “Tuh kapalnya dateng. Gw ke belakang yah, mau latihan surfing,” Cheri tersenyum lebar ke ketiga temannya. Kemudian ia pergi. “Oh iya,” Cheri berjalan kembali ke arah Kirana. Ia memberikan sebuah kamera dan diterima oleh Kirana. “Ayah minta fotoin. Have fun.”
            “Lo juga yah, Cher. Sorry.” Ucap Kirana. Mereka berdua berpelukan. Kapal berhenti di dermaga, Cheri pun sudah berjalan sangat jauh dari dermaga bahkan sudah tidak terlihat lagi melalui pandangan Kirana.
            Semua tamu yang mau diving sudah masuk ke dalam kapal. Mesin kapal pun di nyalakan. Tiba-tiba Albi berdiri dan keluar dari kapal, loncat ke dermaga. “Mau kemana, bro?!” teriak Bagas dari kapal.
            “Gw ikut yang besok aja ya!! Ada kerjaan, gw mesti online sekarang.” Albi berlari meninggalkan dermaga sambil berteriak, “HAVE FUN BRO!!!!”
            Kirana menangkap hall aneh dari tindakan Albi barusan. Ia memandang Bagas dengan mata sinis. “Biarinlah yang, kan dia juga kerja, sama kayak aku. Kita diving berdua aja.” Bagas melihat ke sekeliling kapal, “rame-rame sama yang lain.” Bagas memeluk Kirana, mencoba menghilangkan kesinisan yang teraut dari wajahnya Kirana.
            Albi berlari dari dermaga menuju arah timur pulau, atau disebut belakang pulau. Albi berhenti berlari setelah sampai di timur pulau. Ia melihat Cheri sedang di jelaskan sesuatu oleh sesorang di pantai. Kemudian ia berjalan mendekat mereka. Cheri kaget melihat Albi ada disini, di tempat untuk surfing.
            “Mau ikut surfing juga? Namanya siapa mas?” tanya lelaki yang berhenti menjelaskan tentang surfing ketika Albi datang.
            “Albi. Iya, saya mau ikut juga.”
            “Oke. Mas Albi bisa duduk di papan surfing disamping mba Cheri.” Ucap lelaki yang dikenal sebagai pelatih surfing di pulau tersebut. “Oh saya lupa, saya Arman.”
            Albi duduk di atas papan surfing yang ditunjuk Arman dan mulai mendengar penjelasannya. Cheri menengok ke arah Albi dan mulai berbicara dengan suara yang amat pelan, “ngapain disini?”
            “Mana enak sih surfing sendiri,” jawab Albi dengan suara yang lebih terdengar daripada Cheri sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
            Cheri terdiam melihat gerak-gerik Albi dan ia mulai tertawa. “Gak liat?” ucap Cheri dengan hanya gerak mulut saja tanpa suara. Tangannya bergerak menunjuk keseluruhan orang yang sedang duduk mendengar penjelasan Arman.
            Tengah hari Albi dan Cheri selesai bermain surfing. Mereka berdua terlihat sangat senang terjatuh berkali-kali di laut karena tidak berhasil berdiri diatas papan surfing. Keduanya kembali ke cottage untuk makan siang. Ternyata Bagas dan Kirana sudah pulang. Mereka berempat akhirnya makan siang bersama.
            “Besok ikut diving dong, Cher. Masa lo mau beraktifitas sendirian mulu,” ucap Albi ke Cheri ketika selesai snorkeling pada siang hari tersebut. Mereka berdua duduk di pantai, melihat keindahan laut ketika siang hari.
            “Udah biasa sendirian. Nope for diving.”
            “Kenapa sih lo gak mau diving lagi? Kan enak, nanti bisa diving bareng Nadine Chandrawinata.”
            Cheri tertawa mendengar ucapan Albi. Tak pernah terlintas dibenaknya akan diving bersama Nadine Chandrawinata. Cheripun menceritakan kejadian saat ia berumur 16 tahun, kejadian yang membuatnya tidak pernah diving lagi.
            Saat itu Cheri diving di kepulauan seribu bersama Kirana, Bagas, dan teman-temannya. Cheri asik berenang di dalam laut, memfoto bagusnya karang-karang dan biota laut yang ia temui. Dan ia baru sadar ia sendirian, ia tak melihat lagi teman-temannya di sekitarnya. Tiba-tiba tabung oksigen miliknya habis dan terpaksa ia menahan nafas untuk berenang ke permukaan. Tapi permukaan begitu terasa jauh. Kupingnya mulai sakit dan tiba-tiba kakinya keram. “Akhirnya mereka nemuin gw udah gak sadar, tapi kemudian gw sadar udah di atas kapal. Dan semenjak saat itu, laut dalam itu gelap, menyeramkan, dan gw gak berani diving lagi,” ucap Cheri menyelesaikan ceritanya.
            “Sayang banget loh, Cher. It’s okay to be afraid, tapi jangan sampe itu menghalangi lo dengan sesuatu yang lo suka.”
            “Maksudnya?”
            “Contohnya gw. Gw takut nembak cewe, gw takut untuk jujur sama perasaan gw. itu kan menghalangi gw jadian sama cewe yang gw suka. Ja…” Albi berhenti berbicara. Ia baru sadar omongannya tidak nyambung dengan maksud omongan sebelumnya. “Kenapa gw jadi curhat?” tanya Albi dalam hati.
            Cheri mengangguk, seperti mendaptkan sesuatu dari ucapannya Albi. Kirana dan Bagas berjalan kearah Cheri dan kemudian duduk di depan Cheri dan Albi. Tak lama kemudian Cheri kembali ke cottage dan tersisa Albi, Bagas, dan Kirana di pantai dengan badan basah. Matahari tidak langsung menyengat tubuh mereka karena mereka duduk di bawah payung pantai.
            Kirana tiba-tiba berdiri tak lama setelah Cheri pergi. Ia memandang lurus ke arah Albi dengan wajah sedikit emosi. Iapun berkata dengan nada sedikit emosi, “mau lo apasih, Bi?! Dibantuin deket sama Cheri tapi gak mau karena bukan tipe lo.”
            “Bentar-bentar, gw gak ngomong itu.”
            “Ya tersirat!! Intinya kan gitu. Terus kenapa sekarang lo sok asik gitu ngedeketin Cheri? Asal lo tahu aja ya, Cheri tuh lagi naksir sama cowo dan sekalinya dia suka sama cowo, susah untuk suka sama yang lain.”
            Bagas akhirnya berbicara mencoba menenangkan Kirana, “yang, udahlah gak usah dibahas lagi. Perasaan orang siapa bisa maksa sih.”
            “Kamu kok belain Albi? Kamu sahabatnya siapa sih? Cheri apa Albi?” Kirana pun pergi dengan raut muka yang sangat kesal. Bagas mencoba memanggilnya tapi Kirana tetap pergi dari pantai, berjalan ke arah cottage.
            “Sorry ya, Bi. Kirana kalau udah masalah nyinggung-nyinggung sahabatnya emang gitu. Dia care banget sih,” ucap Bagas.
            “Wajar kali, cewek kan emang gitu.” Albi menunduk. Ia merasa begitu bersalah kepada Cheri setelah mendengar perkataan Kirana. Lalu ia teringat sesuatu. “Waktu itu sebenernya gw belom selese ngomong loh, Gas.”
            “Hah? Waktu itu kapan?” tanya Bagas kaget mendengar ucapan Albi.
            “Pas di kampus, pas gw tahu elo sama Kirana jodohin gw sama Cheri. Itu gw belom selese ngomong, tapi elo udah keburu kabur. Sebenernya tuh ya….”
            Di dalam kamar, Kirana melihat Cheri sedang duduk diatas kasur dan melamun. Kirana duduk di sampingnya dan memberhentikan lamunannya Cheri. Sesuatu terjadi sama Cheri, Kirana menyadarinya. Tapi ia tidak berkata apapun kepada Cheri. Ia menunggu Cheri menceritakannya, semuanya kepada Kirana.
            Kirana terus menunggu Cheri untuk bicara sesuatu kepadanya. Ia menonton televise, sedangkan Cheri tetap melamun. Rasa penasaran begitu besar di benaknya Kirana, ingin sekali ia mengetahui apa yang terjadi dengan Cheri. Tapi Kirana gak bakal memaksa Cheri untuk bicara jika ia tidak mau bicara. Karena bosan menunggu, Kirana memutuskan untuk mandi. Di depan pintu kamar mandi Kirana berdiri, tidak mencoba membuka pintu kamar mandi padahal tangan kanannya sudah diatas gagang pintu kamar mandi. Ia berbalik badan dan kembali duduk di samping Cheri.
            “I neet to tell you something, Kirana.” Ucap Cheri yang membuat Kirana tak jadi masuk ke kamar mandi.
            “Ngomong apa sayang? Gw siap mendengarkan, semuanya.”
            “I have a habit of falling too hard and falling too fast and getting my hopes up for something that won’t last.”
            “So, this man, mystery guy, are you give up already?”
            Cheri memikirkan jawaban atas pertanyaan Kirana. Sudah terlalu sering Cheri berhenti menyukai seseorang karena merasa tidak ada peluang untuk orang tersebut menyukainya lagi. Tapi kali ini dia gak mau berhenti segampang ini. Lelaki satu ini selalu bikin Cheri penasaran dan selalu bahagia jika ngobrol bareng. Cheri menggeleng menjawab pertanyaan Kirana.
            “That’s my girl. Tunjukin ke gebetan lo itu kalau cinta tumbuh seiring waktu. Gw sama Bagas bisa jadi panutannya.”
            “Tapi tetep ya, gw kasih tau siapa orangnya….”
            Kirana mengangguk, padahal Cheri belum menyelesaikan perkataannya. “Kalau udah ada lampu hijau dari gebetan lo itu, kasih tau gw yah.” keduanya memberikan senyuman. Kirana begitu pengertian dengan Cheri. Ia menganggap Cheri sudah seperti adiknya sendiri. Apapun yang bikin Cheri senang, pasti Kirana setuju. “Biar gampang, kita sebut gebetan lo ini hmm siapa yah?”
            “Gw udah punya nama samaran,” Kirana tampak penasaran menunggu Cheri memberitahu nama samara lelaki tersebut. “Bruno!!”
            Kirana dapat menebak kenapa Cheri memilih nama Bruno untuk menyamarkan nama asli lelaki yang ia sukai. Alsannya sangat mudah, Cheri adalah fans Bruno Mars. Mereka berdua setuju untuk menyamarkan namanya dengan Bruno. Dalam lubuk hati Kirana, ia merasa senang Cheri tidak mudah menyerah untuk mendapatkan cintanya. Ia tak mau Cheri hanya stuck di Abang, dan tidak jadian-jadian lagi.

Tuesday, June 14, 2011

stupid conversation in omegle, but kinda sweet

You: f/m?
You: g/s?
Stranger: male
Stranger: g/s?
You: gay or straight?
Stranger: ah i see
Stranger: straight i as far as i know
You: hahaha
You: ok
Stranger: who are you?
You: who am i?
Stranger: yes
You: i'm a legend
You: lol
You: :p
Stranger: :o
You: and who are you?
Stranger: i am a myth
You: Greek myth?
You: zeus, poseidon, hades, percy jackson
Stranger: percy jackson ;)
You: yeah, percy jackson
You: adapted from greek myth
Stranger: do you have 6 toes?
You: 10
You: you?
Stranger: 9
Stranger: i lost the pinky to a dog
Stranger: i was only 6
You: poor you
You: someone give me one, so i have 10
Stranger: lucky you, perhaps it was the very toe of my own
You: but i'm not a dog
You: hmm maybe i was a dog
Stranger: just maybe
Stranger: i was a moth
Stranger: i committed suicide
Stranger: and now here i am
Stranger: will you be my internet girlfriend?
You: but i have 10 toes
Stranger: youll complete me
You: oke then
You: you're my internet boyfriend
Stranger: ill mail you pictures of my kittens and buy you flowers online
Stranger: and we'll skype, where we'll have our first kiss
You: i'll buy you some chocolate online
You: yeah
Stranger: the future have never looked so clear
Stranger: has*
You: yeaah you are right
You: oh my god, you're soo fun
Stranger: ill youtube dedicate you songs
Stranger: http://www.youtube.com/watch?v=s5aeeSmkPwQ
You: Poupee De Cire, Poupee De Son?
Stranger: did you not enjoy the song my dear internet girlfriend?
You: i love it
You: thanks my dear
Stranger: :)
You: xoxo
Stranger: you make my heart sing like a young french pop girl
You: je t'aime
Stranger: <3
Stranger: sadly i dropped french class, so i know nothing of it
You: oohh
You: i know some
Stranger: or at least to reply with
You: i'll complete you
You: remember my dear?
Stranger: of course love
Stranger: that is why i need you
Stranger: for now
Stranger: and forever
You: forever and always
Stranger: until the depth of my heart stops flowing with the running lava
Stranger: which will never be
You: you're just soo sweet my dear
Stranger: please do tell me one thing internet love, what sort of things do you enjoy?
You: watching your smile dear
Stranger: :o
Stranger: is my webcam on?
You: yes
You: you don't notice it
Stranger: my head is in the clouds when im with you
You: your voice remind me of my favorite song
You: Poupee De Cire, Poupee De Son
Stranger: youre too perfect
You: no, you're too perfect
Stranger: that is why we're together
You: <3
You: you are my internet love
Stranger: you are my anti depressant
You: you are my savior when i fall
Stranger: you are the hands that guide me out of this self dug forrest
You: you're soo good to be true
Stranger: the rays of light shine through every step time in thought of your name
You: you are My laughs, my frowns
My ups, my down
You: When I think of love I think of you my internet boyfriend
Stranger: let us go to the online vegas and get internet married
You: yeah that's a great idea
You: i'm ready dear
You: i'll go get the rings
Stranger: ill get the online applicaton
Stranger: application*
You: we'll die together
You: ok?
Stranger: i wouldnt want it any other way
You: promise me, you never leave me alone
Stranger: but lets make sure to keep the virus protection in our computers on, just to make sure we live a good full life together
Stranger: i promise dear
You: i love you dear
You: my virus protection is on
You: everything will be good dear
Stranger: i love you
Stranger: wait
Stranger: whats your name?
You: it's not important dear
You: you can call me anything
You: as long as you here with me
Stranger: are you sure?
You: yes
Stranger: youre so pure
Stranger: http://virtualweddingonline.com/
You: we meet there
Stranger: im nervous dear
You: calm down dear
You: everything will be okay
You: i'm here
Stranger: i am determined
Stranger: because i know with you by me, everything will be just right
Stranger: no web of fears
You: no web of fears
Stranger: dear. . . .
Stranger: i am afraid i will lose internet connection anytime soon
Stranger: :(
Stranger: what do i do?!?!
You: i don't know
You: i'm afraid to lose you
You: if you lose internet connection, i'll lose it too
You: we're meet in real life
You: hope
You: everything will be fine dear
Stranger: though the internet connection may be lost, the one between our hearts will never fade
You: yes
You: never face
You: fad
You: fade
Stranger: lol
You: we're together forever
You: remember that dear
Stranger: of course
You: love is like a wind dear. you can see it but you feel it
Stranger: poetic soul
You: yes because you beside me
Stranger: the hands swept themselves clean when they first encountered their first text with you
You: oohh
You: soo sweet dear
Stranger: <3
You: you're my best internet boyfriend ever
You: my future internet husband too
Stranger: i surfed the web for years in search for this very moment
Stranger: i would hate for my internet to leave in the middle of such warm exchange of moments and words between us
Stranger: let me say a proper goodbye
Stranger: just in case
You: goodbye?
You: it's too fast dear
You: i hate goodbye dear
Stranger: as do i, but this wifi is too cold and unforgiving
Stranger: understand my dear soul
You: yes i understand
You: wherever you are, you always here beside me dear
Stranger: ill always love you my internet soulmate
You: me too
You: *hug*
Stranger: *hugs back*
You: can you feel it dear? my heart beating so fast
Stranger: *soft touch runs down your delicate cheek, and kisses it*
Stranger: everything will be ok
Stranger: i can feel the feet of my heart slowly melting in sadness
Stranger: the time has come. . .
Stranger: u_u


and disconnect. life in internet seem so easy. but we live in real life, huh? it's just for fun. ;) i'm not  in love with that stranger. hahaha

Sunday, June 12, 2011

DIANNA AGRON = MY ROLE MODEL

i've got this from her tumblr. original writes by her. and after reading this, i love her more. so proud of her. and fyi, she's on twitter worldwide. that shows how world love her.

she's wearing that t-shirt on glee live concert when glee actor-actrist singing lady gaga's hit born this way. usually, from glee live concert before it, dianna always wearing white t-shirt with "LUCY CABOOSETY" on it. but she's decide wearing something new. people judging she's lesbian. and she's make a clear with it with posting something on her tumblr. here they are:

June 2, 2000
What does that day, month and year mean to you? President Bill Clinton used that particular day to declare ”Gay and Lesbian Pride Month”. Nine years later, on June 1st, President Barack Obama spoke to incorporate an even wider group. Lesbian, Gay, Bisexual and Transgendered citizens alike could all have this month for recognition, respect and appreciation. However, I am aware that not all minds meet equally about the rights and respect that we should pay to others. As each generation leaves their footprints, and paves the way for what is to come…to some, change is an impossible idea or action to put in motion.
You know what? Often, this unfortunate reality is because of learned behavior! As much as we may often preach that we like to speak for ourselves, or outside the box, how many times have you caught yourself, or someone you know repeating the thoughts of another before them? Sometimes without proper information? And how many times have you felt that perhaps further knowledge on an issue or subject matter might result in a different voice, a different understanding? Perhaps even going against the ideas they’ve learned, heard, or grown up around? We have the ability to fly planes, send astronauts into space, develop technology such as cellphones! Things that once were unfathomable. I can sit at this small computer and type this message. Once I push send, this message can be seen by anyone who’d like to engage, all across the WORLD.
As many of you know, we (the Glee cast) have been storming the country at whirlwind speeds to put on a forty-two show, month-long tour. It has been a constant reminder of why we do this. We’ve witnessed the impact our show has had, from the very beginning, to these moments, three years later. You LOVELY & AMAZING fans! Just indescribable. The love, affirmation, and dedication you provide! We see it all, value it all. Trust me, we do! On stage, the excitement that we absorb from your ball of energy brings our adrenaline levels to highs that often-times, we aren’t sure we can reach. Bottom line, we love you guys. And our crew! Without this diverse group of hard-working people, this venture would be impossible.
Yesterday was June 11th, and we were tackling our newest location, Toronto! We had finished our first concert of the day, and I was about to take a moment to relax before the second. On the way to our dressing rooms, I passed a stack of shirts lined up on the merchandise tables. The white T’s were modeled after shirts we wore in a performance set to Lady Gaga’s, “Born This Way.” In case you are not familiar here are the lyrics:
[Verse:]
My mama told me when I was young
We are all born superstars

She rolled my hair and put my lipstick on
In the glass of her boudoir

“There’s nothing wrong with loving who you are”
She said, “‘Cause he made you perfect, babe”

“So hold your head up girl and you’ll go far,
Listen to me when I say”

[Chorus:]
I’m beautiful in my way
‘Cause God makes no mistakes
I’m on the right track, baby
I was born this way

Don’t hide yourself in regret
Just love yourself and you’re set
I’m on the right track, baby
I was born this way

Beautiful. True. Words to remind yourself, words to live by. Doesn’t matter if you’re not a Gaga supporter, or one of her “Little Monsters” as she lovingly refers to her fans. Kindness moves mountains. Acceptance opens doors, makes room for change, diffuses misunderstanding. Every day, people commit hate crimes because of misunderstandings. Hate effects the target, and consumes the person behind the gun. It is crazy to realize that we have been in war for almost our entire existence on this planet. Many times for reasons of greed and hate.
Anyone that has experienced the death or abuse of a loved one can tell you that, “IT HURTS BEYOND EXPLANATION!!! AND WE SHOULD DO EVERYTHING IN OUR POWER TO MAKE ANY CHANGE POSSIBLE.” Raise your hand if you’ve spent nights crying yourself to sleep, raise your hand if you’ve felt as if you’d rather hide in bed all day than face the people that make you feel small or powerless! Raise your hand if you’ve felt as if you’d rather lie to people than tell them the truth about who you really are, because at least you wouldn’t be the victim of hateful behavior or prejudice! And raise your hand if lying feels almost as bad. 
I was not raised in a family that accepted prejudice or hatred. For that, I thank my Mom and Dad each and every day. Look, we are human, we make mistakes. I will gladly shout from the rooftops that I AM NOT PERFECT. Nor will I ever be. But I can happily say that to my knowledge, I do not ever intentionally cause people pain. I love my family, my friends, my co-workers…and they all consist of girls AND boys. I do tell them that I love them. Yesterday, during our second show,  Instead of wearing my usual shirt during “Born This Way” I decided to wear one that said “Likes Girls”. It should actually have read, “Loves Girls”, because I do. The women in my life give me things that the men in my life can’t. And vice-versa. No, I am not a lesbian, yet if I were, I hope that the people in my life could embrace it whole-heartedly. And let me tell you, I can easily spill (quite comfortably) what I admire, respect and think is beautiful about any of the women in my life. Piece of cake! 
Last night, I wanted to do something  to show my respect and love for the GLBT community. Support that people could actually see. Which is why I decided to change my shirt for the show. I happened to read a few comments that were posted on twitter. Many of you asked, “why?” This is my response. I am not asking for you to agree with what I am saying, but if you are listening, thank you. That is all I can ask. And a step further would be to take a moment to (honestly) answer the questions that I have raised. We can’t always put ourselves in someone else’s shoes. But we can try.
I am lucky to live in a place where I can wear almost anything that I want to express myself, and that jail is not a probable consequence. Which makes me feel as if I should exercise my right to do so every now and then. Think of the people that have died because of their passion and heartfelt hopes of change? So many good men and women. All because of an inherent wish for tolerance, love and support. 
Our show celebrates the GLBT community. We are proud to be a part of something that embraces an often avoided topic. Hate is terrible, especially when we pass it down to a new generation of innocents. Recently, I heard a lament about San Francisco. How SFO just didn’t sound like a fun place to be, or visit, because that person wasn’t gay. Wait, really???? I wanted to laugh! But that would have been a response that wouldn’t have encouraged that person to be open-minded. To see that perhaps, their statement was foolish? Why won’t San Francisco be fun for you? Do you think the whole city is gay? Do you think they will judge you? Won’t feed you good food?  Perhaps they won’t let you have fun, the way THEY have fun?
Sadly, we’ve gotten letters from people who explain that they love the show but hate the gay story-lines. That we shouldn’t be polluting their children’s heads. To this I’d sometimes like to sarcastically reply, would you also like us to tell them that a stork is dropping off our offspring? That the sky is purple? That it is not practical to be true to yourself, because there are mean people in this world that will make them feel wrong for being honest? That instead of embracing themselves, they should lie to the world? THEY should be the ones being untrue and unhappy? 
I believe that if you are bringing a child into the world, you should be willing to accept them in any reality. Whether they are Black, White, Asian, have four fingers, are disabled, gay….that the only wish should be for a happy and healthy baby. We are each other’s children. Unless someone has committed a violent or hateful act, why should we judge? We can so quickly resort to anger, often, the product of a whole other issue. Most often, an issue with our own self.
I understand that I am sitting behind the protection of this computer screen, in this hotel room, and to many I might sound “preachy”. Especially now that I have written an essay. I hope my intentions sound pure, and just. I speak, because I am passionate. I write with this passion because I know how it feels to be hurt, to be depressed, to not value yourself, or your feelings. If any of this has inspired or moved you, even just made you think….I encourage you to tweet or reblog a picture, quote, anything that you feel will continue to spread the love. And if any are interested in tracking the chain, perhaps visualizing the greater collective, include the hatch tag, #letlovein.
Affection is responsible for nine-tenths of whatever solid and durable happiness there is in our lives. - C.S. Lewis
 

Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage. - Lao Tzu
 

Fortune and love favor the brave. - Ovid
AND remember that sometimes….
People need loving the most when they deserve it the least. - John Harrigan
To thine own heart be true. Many thanks for your time, your love, and the gift you’ve given me.
Sincerely,
Dianna Elise Agron

Saturday, June 11, 2011

perfect two part 2

2
BOGOR KOTA HUJAN

“Everybody have their own secret”

          “Ayah, aku ke Bogor ya!” teriak Cheri di minggu pagi yang cerah.
            Ayah keluar dari kamar dengan terburu-buru, seperti menahan Cheri untuk pergi ke Bogor. “ Mobil kamu mau ayah pinjemin ke om Surya. Jadi gak bisa kamu pake.”
            “Yaudah aku naik kereta aja di stasiun di kampus. Pergi ya, yah!!”
            Cheri akhirnya menaiki angkot menuju stasiun kereta di kampusnya. Tak terlalu memakan waktu banyak untuk sampai disana. Hari ini Cheri mau mengunjungi teman lamanya di Bogor. Hampir setiap tahun ia pergi ke Bogor, pada tanggal yang sama, bertemu dengan orang yang sama, dalam acara yang sama. Setelah sampai di dekat stasiun, Cheri harus menyebrangi jalan besar untuk bisa masuk ke stasiun. Ketika mau menyebrang, tiba-tiba sebuah mobil silver berhenti didepannya. Kaca jendela terbuka. Sesosok di kursi setir seperti mengenal Cheri, dan Cheri tampaknya mengenalnya juga. Pengendara mobil tersebut menawari tumpangan karena ia juga mau pergi ke tujuan yang sama, Bogor.
            Cheri menolaknya karena alasan tidak ingin merepotkan. Lagi pula Cheri merasa belum terlalu dekat dengan pengendara mobil tersebut.
            “Biar sekalian, Cher. Lumayan kan bareng gw. adem..”
            Cheri memotong, “gw naik ekonomi AC. Jadi adem juga.”
            “Yaudah sih mending bareng gw kan. lebih… aman. Masuk deh.”
            Cheri tetap menggeleng sama tersenyum menanggapi ajakan orang tersebut. Pengendara mobil tersebut melepaskan sitbeltnya dan membukakan pintu mobil untuk Cheri dari dalam.
            “Temenin temenlah, lumayan 1 jam sendirian garing juga.”
            “Lo yang maksa yah, Bi. Bukan gw yang minta.”
            Albi mengacungkan jempolnya kea rah Cheri. Cheri akhirnya masuk ke dalam mobil dan mobil pun bergerak menuju tol arah Bogor. Cheri menyempatkan membeli buah tangan untuk orang yang akan ditemuinya. Keduanya melanjutkan perjalanan ke perumahan bukit cimanggu city. Disana Cheri janjian dengan seseorang. Albi berceria ke Cheri kalau dia juga mempunyai saudara yang tinggal di komplek tersebut.
            “Jangan-jangan sepupu gw temen lo itu, hahaha.” Albi tertawa terbahak-bahak. Baginya hal tersebut hanyalah ada di sinetron. Sedangkan Cheri hanya tersenyum melihat Albi yang begitu terbahak-bahak tertawanya.
            Mereka sampai di depan sebuah rumah di blok k perumahan bukit cimanggu city. Cheri menelfon orang yang akan dia temui di rumah tersebut. Tak lama setelah dia menelfon, orang yang dimaksud keluar dan membukakan gerbang. Cheri keluar dari mobil untuk menemuinya. Albi melihat orang tersebut dari dalam mobil. Dan ia terdiam.
            “Kayakanya gw kenal deh mobil ini,” ucap pemilik rumah setelah menyambut Cheri.
            Ia membuka pintu depan dan menemukan sesosok yang ia kenal sedang menempelkan jidatnya ke setir mobil. Albi terbangun dan menoleh ke kiri. Ia tersenyum lebar. Albi mematikan mobil dan keluar lalu menyapa pemilik rumah. Albi memeluknya sambil berkata, “Abang my bro!! long time no see!!”
            Cheri kebingungan melihat kedua orang yang saling kenal tersebut. Abang adalah teman SMP Cheri ketika di Bogor, dan Abang juga adalah sepupu Albi. Ibunya Abang adalah adik ayahnya Albi. Abang bukanlah sebutan untuk kakak, Abang adalah nama pemilik rumah tersebut. Abang berumur sama dengan Cheri, 1 tahun lebih muda dari Albi.
            “Kok bisa bareng?” tanya Abang ke Cheri dan Albi.
            “Dia temen gw. beda fakultas, tapi satu kampus. Tadi ketemu di stasiun gw ajak bareng aja, eeehh ternyata temen lo.” Albi masih tidak percaya kalau apa yang dia pikir hanya ada di sinetron beneran terjadi di dunia nyata.
            “Si akang kasep meunika sukses ti Jakarta. Eta mobilnya meunika bagus pisan.”
            “Atuh Abang sundanya masih aja kentel. Kan kuliah udah gak di Bogor.” Ucap Albi.
            “Kan tinggalnya masih di Bogor. Atuh hayu masuk ke dalem.”
            Cheri membantu Abang membuatkan minuman untuk mereka bertiga. Albi melihat Cheri seperti sudah biasa ke rumah Abang. Cheri tak banyak berbicara ketika ketiganya telah duduk bersama di ruang tamu. Albi dan Abang menceritakan banyak kejadian dalam hidupnya. Mereka berdua sudah lama tidak bertemu. Terakhir bertemu ketika Abang baru masuk SMA di Jakarta. Mereka tak hanya jarang bertemu, tetapi juga jarang berkomunikasi. Padahal Albi dan Abang sangat dekat ketika mereka masih kecil dulu.
            “Ke rumah eyang teu?” tanya Abang yang disambut dengan diam oleh Albi. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Albi. “Atuh dateng aja. Eyang pasti seneng ngeliat lo yang udah sukses gini, kasep pula.”
            Albi tertawa kecil. Ia menggeleng. “Eeeh terus mau ngapain ke Bogor?” logat sunda begitu jelas terasa dari setiap ucapan Abang.  Logat tersebut terkadang membuat Albi tertawa pelan.
            “Niatnya mau ke rumah eyang, tapi gw gak enak. Udah bertahun-tahun gak dateng ke ulang tahun eyang.”
            “Yaelah kang nyantai aja.” Abang menoleh kea rah Cheri dan memberikan senyuman. “Berangkat sekarang yuk. Telat gak enak sama eyang.”
            Mereka bertiga berpisah kendaraan. Cheri tetap bersama Albi, sedangkan Abang membawa mobil sendiri. Abang harus menjemput saudaranya yang lain karena eyang minta semua cucunya dateng. Cheri dan Albi langsung ke rumah eyang, mereka berpisah dengan Abang. Cheri menunjukan arah jalan ke rumah eyang karena Albi tidak begitu hafal.
            Cheri masih kaget mengetahui Albi adalah sepupu Abang dan cucu eyang. Ini adalah keli ke-enamnya datang ke ulangtahun eyang dan sebelumnya belum pernah melihat Albi. Tak banyak pembicaraan terjadi sepenjang perjalanan menuju rumah eyang. Cheri dan Albi memutuskan untuk diam dan hanya bicara jika perlu.
Albi dan Cheri masuk ke rumah eyang. Albi menundukan kepalanya. Cheri melihat raut wajah eyang ketika melihatnya datang bersama Albi. Eyang berdiri dari duduknya dan Albi memeluknya. Eyang tampak begitu bahagia melihat kedatangan Albi sampai ia meneteskan air mata.
“Kenapa Albi gak pernah dateng sebelumnya?” tanya Cheri di dalam hati ketika melihat temu kasih antara eyang dan Albi.
Cheri pulang ke Jakarta bersama Albi. Cheri masih menyimpan tanda tanya besar kenapa dia baru melihat Albi dateng ke ulang tahun eyang. Kemana dia sebelumnya? Ia ingin sekali menanyakan hal tersebut, tapi sesuatu menahannya. Sesuatu yang orang-orang gak tahu kecuali dirinya sendiri.
Mobil berhenti didepan pagar rumah Cheri. Cheri melepaskan sitbelt dan membuka kunci pintu mobil. Ketika ia mau membuka pintu Albi menanyakan sesuatu kepadanya dan membuat Cheri tidak jadi keluar dari mobil.
“Thanks ya, Bi.” Cheri akhirnya keluar dari mobil setelah perbincangan pendek dengan Albi. Mobil Albi pun melaju meninggalkan Cheri yang berdiri di depan pagar rumah.
Kegelapan menyelimuti suasana Jakarta saat ini. Kirana duduk sambil membaca majalah di kamarnya. Suara radio terdengar menggema di kamarnya. Tapi kemudian suara tersebut tidak sekeras sebelumnya. Kirana mengurangi volumenya ketika melihat bbm masuk dari Cheri. Chat yang masuk cukup singkat, ‘I’ve got his pin!!!’ hal tersebut membuat Kirana berfikir sejenak. Siapa his yang dimaksud Cheri? Dan dia baru sadar kalau yang dimaksud Cheri adalah gebetannya.
“So you’re not give up?” balas Kirana.
“Not yet. Got his pin, accepted, friend.” Balas Cheri dengan cepat.
“Namanya siapa, Cher?”
“Belum waktunya gw kasih tau. Ntar aja yah kalau udah ada kemajuan.”
“Whenever you ready.” Meskipun keingin tahuan Kirana yang begitu besar ada, dia tetap menghargai privacy sahabatnya tersebut. Mereka berdua memang terbuka satu sama lain, tapi tidak pernah memaksa untuk cerita setiap detail peristiwa yang terjadi.
            Kirana berfikir kalau gebetan Cheri beneran nyata, bukan sekedar pria imajinasi buatan Cheri. Dia punya blackberry jadi pasti nyata.
            Hari terakhir perkuliahan berjalan. Setelah kelas terakhir selesai Cheri bertemu dengan Kirana dan siap membicarakan rencana liburan mereka. Cheri mengingat perkataan Albi tentang tempat menarik yang masih virgin dari keramaian, tetapi Kirana terlihat tidak tertarik. Kirana masih memendam kekesalan dengan alasan Albi yang menolak pencomblangannya dengan Cheri karena fisik Cheri. Ia paling tidak suka dengan orang-orang yang mengatai sahabatnya tersebut. Kirana dan Cheri kemudian pergi ke kantin fakultasnya Bagas setelah Kirana mendapat sms dari Bagas. Bagas mempunyai rencana liburan menarik untuk mereka bertiga.
            “Raja ampat? Gak!! Gak ikut gw!!” Cheri langsung menolak ide Bagas. Cheri benar-benar tidak mau ikut jika liburannya hanya dipenuhi dengan kegiatan diving saja. Raja ampat memang terkenal dengan diving spot terindah di Indonesia.
            Bagas memegang tangan Kirana ketika ia mulai terlihat kesal. Albi datang dan duduk bersama mereka bertiga. Mencoba memberikan gagasan tempat menarik untuk liburan. Bagas setuju dengan ide Albi, Kirana juga akhirnya setuju. Kemanapun Bagas pergi, Kirana pasti ikut. Mereka pasangan yang tidak dapat terpisahkan. Keputusan pergi atau tidak sekarang ada di tangan Cheri karena jika Cheri ikut maka Albi bisa ngasih potongan harga perjalanan untuk mereka berempat.
            “Itu tempat apa sih?”
            “Kayak… pulau.. apa yah? hmm pulau umang!” ucap Albi menegaskan ke Cheri.
            Cheri mengangguk dan berkata, “atur aja deh. Gw ikut.”
            Albi mengepalkan tangannya lalu bertosan dengan Bagas.  Mereka pun mengatur keberangkatannya. Minggu depan, hari kamis, mereka akan berangkat ke pulau tersebut. Pulau tersebut berada di dekat Lombok, jadi mereka akan naik pesawat menuju Lombok dan kemudia naik kapal untuk sampai ke pulau tersebut.
            Kirana duduk di samping Bagas dengan sebuah laptop diatas meja di depan mereka. Bagas mulai mencari nama pulau yang dikasih tau Albi di internet. Mereka saling memandang ketika selesai membaca informasi tentang pulau tersebut. Kegiatan apa yang paling terkenal di pulau tersebut dan lain sebagainya. Timbul rasa gelisah diantara keduanya.
            “Kita perlu kasih tau…” Kirana tidak melanjutkannya ucapannya. Bagas seperti sudah mengetahui apa yang akan dikatan Kirana kepadanya.
            Bagas menggelengkan kepalanya dan berkata, “bisa-bisa dia ngebatalin semuanya, yang. Besok kan kita berangkat.”
Di tempat lain, di rumah Cheri, terlihat Cheri begitu senang mempacking barang bawaannya untuk besok. Ia juga terlihat senyum-senyum sendirian sambil berkomunikasi dengan seseorang di contact bbm-nya. Tapi kemudian senyum itu hilang. Cheri meletakan handphonenya jauh dari jangkauannya. Terdengar ringtone pertanda masuknya bbm baru berkali-kali bunyi tapi tak diharaukannya. Ia duduk di ujung kasurnya menatap koper yang baru selesai ia tutup. Ia mengambil koper tersebut dan melemparnya keluar kamar.
Terdengar ketukan dari luar kamar dan dengan pelan pintu kamar terbuka. “Dek, bunyi apa tadi?” tanya ayah Cheri sambil menghampiri anaknya yang sedang duduk di dekat jendela, menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. “Pamali ah ngelamun malam-malam.”
“Aku besok gak jadi pergi sama Kirana.” Ucap Cheri pelan dan terdengar sedikit emosi.
“Kok gitu? Dek, ini kan rencana kamu sama Kirana, kalau kamu gak ikut mendadak, yang lain gimana?” Ayah Cheri duduk di samping anak bungsunya yang masih menatap keluar jendela. “Jangan karena satu alesan kamu jadi menggagalkan segala macam kesenangan.”
            “Tapi udah gak mood, yah.”
            Ayah Cheri merangkul anaknya, mencoba merubah kembali keputusan Cheri. Ayah terdengar begitu kabapakkan menasehati anaknya. “Ketika kamu udah bersama orang-orang yang kamu senangi, pasti kesenangan itu datang dengan sendirinya. Udah ikut aja yah.”
            Tanpa menanyakan alesan kenapa anaknya tiba-tiba merenungkan niatnya untuk pergi, ayah sudah dapat mengembalikan niat lamanya Cheri kembali. Meskipun Cheri masih berat hati untuk ikut, ia tidak bisa mengecewakan ayahnya. Cheri selalu nurut dengan nasihat ayahnya. Cheri mengambil handphonenya sebelum ia tidur. Membaca semua chat di bbm yang masuk ke handphonenya, tapi tak satupun ia balas. Beberapa chat berasal dari Bagas dan Kirana, beberapa juga berasal dari temannya yang lain. Cheri mencolokan chargeran ke handphonenya dan meletakannya di samping bantal.
            “Not anymore,” gumam Cheri sebelum memejamkan mata. Peristiwa masa lalu melintas di bayangannya.
            “Sorry Cheri,” ucap seseorang sebelum ia tidur, sambil memandangi layar handphonenya. Ia mengetahui Cheri hanya membaca messagenya, tanpa berniat membalasnya. Ia tahu Cheri marah padanya dan bisanya tidak jadi ikut esok hari. Tapi ia berharap hal tersebut tidak terjadi dan berdoa untuk yang terbaik untuk besok hari.


........................