Saturday, July 23, 2011

perfect two part 5


5

ICE LOVE
“People come into our lives for a reason – Wicked.”

            Cheri duduk di balkon kamarnya. Ia tertawa setiap mengingat kejadian minggu lalu bersama Albi di kedai kopi. Wajah Albi yang amat lucu sellau membuatnya tertawa. Tapi kemudian tawa itu hilang ketika ia mengingat kejadian sebelumnya, ketika ia melihat Albi bersama Lesy. Alasan mengapa ia tiba-tiba menghilang di mall tersebut dan memutuskan untuk membeli secangkir kopi seorang diri. Termenung lagi. Handphonenya tiba-tiba berbunyi, sebuah telfon masuk. Cheri mengambil hpnya dan mendapati Bagas yang menelfonnya. Bagas menceritakan kalau sudah lama ini ia bertengkar dengan Kirana. Kirana tidak mau mengangkat telfon ketika Bagas menelfonnya, tidak membalas sms, sama sekali tidak mau bertemu Bagas.
            Cheripun membantu Bagas agar ia dan Kirana berbaikan lagi. Cheri kemudian mengajak Kirana untuk main ice skating di sebuah mall di Jakarta. Cheri menjemput Kirana dan tidak memberitahunya kalau Bagas juga akan bermain bersama mereka berdua. Cheri sangat tau bagaiman membuat kedua sahabatnya berbaikan kembali. Kirana tidak bisa main ice skating, sedangkan Bagas sangat ahli. Mereka bertiga bertemu di atas ice rink. Kirana lekas pergi ketika melihat Bagas. Tapi karena ia tidak bisa bermain ice skate, ia pun terjatuh. Bagas lekas membantunya berdiri.
            “Baikan gih sana,” ucap Cheri sambil membantu Bagas menolong Kirana.
            “Thanks ya, Cher. You’re the best.” Cheri meninggalkan mereka berdua. Dari jauh ia melihat Kirana yang sudah terlihat moodnya membaik ke Bagas.
            Cheri meluncur dengan sepatu ice skatenya kea rah pintu keluar dari ice rink dan ia bertemu Albi di pintu tersebut. Keduanya tampak kaget ketika melihat satu sama lain. Albi yang tidak bisa bermain ice skate menampakkan kakinya diatas es dan langsung terjatuh tepat di depan Cheri. Cheri tertawa kemudian meluncur mendekati Albi yang masih tergeletak diatas es. Tapi Cheri tidak jadi menolongnya. Lesy tiba-tiba muncul. Melihat Albi yang jatuh, ia lekas menolong Albi berdiri.
            Lesy memegangi Albi yang sudah dapat berdiri tegap di atas es. “Are you okay?” tanyanya.
            “I’m good. Udah lama gak main, jadi canggung, hahaha.”
            Lesy tidak menyadari Cheri yang berdiri di sampingnya. Memang Cheri tidak begitu dekat dengan Lesy, tapi Albi dapat melihat Cheri dengan jelas. Lesy mulai berjalan sambil membantu Albi berjalan juga. Lesy sudah lancar bermain ice skate dan dengan mudah menolong Albi yang masih belum lancar. Mereka berdua menjauh dari Cheri. Sesekali Albi menoleh ke belakang, untuk melihat Cheri. Setiap kali ia menoleh, ia masih mendapati Cheri berdiri di posisinya, tanpa berpindah, dan menunuduk. Albi mulai menjauh, cukup jauh dari Cheri. Dan ketika ia menoleh ke belakang, “Cheri kemana?”
            “Kenapa Bi?” tanya Lesy ketika mendengar sayup-sayup ucapan Albi. Albi menggeleng samba tetap menjaga keseimbangannya.
            Sudah hampir putaran ketiga, tapi Albi masih tidak melihat sosok Cheri. Ia malah bertemu dengan Kirana dan Bagas. Lesy meninggalkan Albi di pinggir sendirian. Albi sudah bisa pelan-pelan meluncur sendiri. Albi tetap mencari Cheri, tapi nihil. Ketika Bagas lewat di depannya, Albi lekas memanggilnya dan mengajaknya mengobrol sebentar di pinggir ice rink.
            “Oh Cheri? Tadi ada kok. Kayaknya lagi duduk-duduk deh. Kenapa? Kangen? Hahaha. deketin dong bro, kalo emang suka.” Bagas menepuk pundak Albi, “don’t lie to your heart bro.” Bagas meluncur di atas es dan meninggalkan Albi. Setelah sekian lama mencari, akhirnya jauh di depan matanya, ia melihat Cheri berjalan memasuki ice rink. Cheri menoleh ke kanan-kiri sebelum akhirnya meluncur di atas ice rink.
            Albi lekas meluncur mendekati Cheri. Tapi Cheri begitu cepat, Albi tidak dapat mengejarnya. Ia pun berhenti sejenak, dan tiba-tiba Cheri meluncur melewatinya. “Cheri!!” teriak Albi. Entah suaranya terdengar atau tidak oleh Cheri, karena suasana yang ramai. Cheri berhenti, ketika mendengar sayup-sayup suara yang memanggilnya. Ia berbalik badan dan menemukan Albi sedang melambai  ke arahnya. Albi memberikan insial agar Cheri menunggunya dengan gerakan tangan.
            Albi meluncur dengan sangat hati-hati kea rah Cheri. Ketika hampir meraih tangan Cheri yang diulurkan ke arahnya, tiba-tiba Lesy jatuh tepat di sampingnya. Terpaksa Albi membantu Lesy berdiri. Tapi kemudian kedua terjatuh karena Albi yang tidak bisa menjaga keseimbangan. Keduanya dibantu berdiri oleh Bagas dan Kirana yang tidak sengaja melewati keduanya. Cheri juga membantu, tidak mungkin ia hanya diam melihat orang yang dikenalnya terjatuh.
            “Kamu Cheri kan? pacarnya Abang?” ucap Lesy setelah berhasi berdiri atas bantuan Cheri.
            “Bukan pacarnya Abang, mantan. Udah lama banget putusnya.” Kirana memperjelas. Lesy mengangguk-angguk. Bagas menyadari kesempatan bagus untuk Albi. Tapi ia sadar Lesy mengganggu semuanya. Bagas lekas menarik Kirana dan Lesy meluncur di atas es dan meninggalkan Albi berdua dengan Cheri.
            Cheri dan Albi meluncur dengan speed pelan berdampingan. Cheri memperlambat luncurannya menyamai Albi. Walaupun Albi sudah bisa, tetapi ia belum mahir sehingga ia tidak berani untuk bermain ice skating kencang-kencang. Bagas beberapa kali melewati mereka berdua dan memberikan insial ke Albi untuk bertindak.  Tapi Albi tidak bertindak apapun. Keduanya hanya meluncur bersama, tanpa berkata apapun. Sunyi untuk kesekian kali.
            Bagas yang menyadari Albi tidak move on ke Cheri akhirnya bertindak. Dengan sengaja ia lewat di samping Albi dan mengagetinya. Cheri dengan reflek memegangi tangan Albi ketika Albi hampir terjatuh. “Akhirnya. Emang gw jagonya.” Ucap Bagas ketika melihat adegan Albi dan Cheri dari kejauhan.
            Albi kembali berdiri atas bantuan Cheri. Cheri kemudian memulai meluncur lagi, tapi Albi tidak meluncur bersamanya. Ia berhenti, menoleh kea rah Albi. “Gw takut jatoh lagi Cher, udahan ah.” Ucap Albi.
            “Hahaha, sama es aja takut.” Cheri merasa sangat senang Albi ada di sampingnya. Cheri mendekati Albi. Cheri mencoba mendorong Albi dari belakang agar Albi kembali berjalan. Ya, ia berhasil membuat Albi berjalan lagi di atas es. Albi hanya tertawa melihat kelakuan Cheri kepadanya. Albi mencoba memberhentikan badannya, tapi Cheri cukup kuat mendorongnya. Albi berbalik badan dan seketika menggenggam kedua tangan Cheri yang tadi mendorong punggungnya.
            “I think I love you, Cheri.” Albi menatap mata Cheri dan merasakan tangannya yang amat dingin. “Seandainya gw bisa ngomong itu,” ucapnya dalam hati. “Buset, tangan lo dingin banget Cher,” ucap Albi kepada Cheri. Kata-kata itu yang dapat keluar dari mulutnya, tidak sesuai dengan apa yang ia mau katakan. Albi belum punya keberanian untuk mengatakan perasaannya ke Cheri. Ia belum siap menentukan perasaannya kepada Cheri.
            Cheri lekas melepaskan tangannya dari genggaman Albi ketika Lesy tiba-tiba muncul di dekatnnya. Lesy tidak melihat Albi menggenggam tangan Cheri. “Cheri, Albi, udahan yuk. Diajakin makan tuh sama Kirana. Yuk!” Lesy menarik tangan Albi dan meluncur bersama kea rah pintu keluar dari ice rink. Cheri mengikutinya dari belakang.
            Tak jarang Lesy memperlihatkan perhatiannya ke Albi ketika makan bersama Cheri, Kirana, dan Bagas. Cheri yang duduk di depan Albi dapat dengan jelas melihat kemesraan Lesy dan Albi. Bagas pun dapat melihatnya dan ia hanya dapat menggelengkan kepalanya. Lesy menyuapi Albi, mengelap sisa makanan di mulutnya dengan tisu, dan lain-lain. Bagas mulai tidak nyaman melihat kemesraan Lesy ke Albi. “Kamu kenapa, yang?” Kirana menyadari Bagas gelisah tiba-tiba.
            Bagas langsung mencari ide supaya Lesy gak berbuat centil ke Albi. “Gak kenapa-napa, yang. Sakit perut aja.” Bagas masih belum mendapatkan ide tersebut. Ia menendang kaki Albi, untuk berhenti mesra-mesraan dengan Lesy. Dan menunjuk Cheri dengan lirikan matanya.
            “Lesy pacarnya Albi ya? Sejak kapan? Aku sama Bagas yang udah pacaran 4 tahun jarang loh PDA.” Mendengar ucapan Kirana yang bernada sinis ke Lesy membuat Bagas langsung mengacungkan jempol ke arah pacaranya tersebut, tetapi kemudian menurunkan tangannya karena tidak ada yang tahu maksudnya mengacungkan jempolnya ke Kirana. Mungkin hanya ia saja yang tahu.
            “Hah? Aku sama Albi? Enggak lah.” Jawab Lesy atas pertanyaan Kirana.
            Bagas lekas membalas ucapan Lesy yang masih ngambang, “enggak apa nih? Enggak pacaran apa enggak PDA? Artinya beda loh, Les.”
            Lesy tertawa kecil mendengar pertanyaan Bagas. Ia tidak menyangka akan mendegar itu dari mulut Bagas. “Enggak apa ya? Jadi bingung. Tanya aja sama Albinya.” Bagas langsung menendang kaki Albi dan melotot kearahnya. Albi bingung harus berkata apa. Albi melihat ke arah Cheri yang terlihat menunggu jawabannya Albi.
            “Santai aja, Bi. Mau mesra-mesraan tapi gak pacaran juga silahkan. Itu kan hak kalian. Gak mau ngaku pacaran juga sah-sah aja.” Ucap Kirana yang sudah tidak sabar menunggu jawaban Albi. Albi tersenyum sambil menganggukan kepala. “Cheri sama Abang juga kadang-kadang mesra, terus gw fine-fine aja. Ya gak, Cher?”
             Cheri langsung menggelengkan kepala. “Siapa mesra? Ngasal deh.” Cheri mencoba mengganti topic pembicaraan yang sudah mulai membahas kedekatannya dengan Abang. “Lesy tinggal dimana?”
            “Di deket-deket sini kok.” Jawab Lesy. Bagas langsung menemukan titik cerah, sebuah ide untuk membantu Albi mendekati Cheri. Bagas mulai menjalankan rencannanya. Ia akan memberikan tumpangan ke Lesy, sehingga Albi dengan leluasa dapat mengantarkan Cheri pulang, berdua saja. Kirana akan ikut bersamanya. Untung saja, Kirana dan Cheri pergi ke mall tersebut menggunakan taxi. Kalau tidak, rencannaya tidak mungkin akan berhasil.
            Lesy setuju untuk pulang bersama Bagas dan Kirana, Kirana juga tidak keberatan. “Cheri bareng kita kan?” tanya Kirana ketika menunggu lift.
            Bagas langsung menjawab pertanyaan Kirana agar rencananya berjalan mulus. “Eh yang, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat dulu. jadi kalau Cheri ikut kita, nanti kasian dia kemaleman. Di cariin deh sama si om.” Kirana merespon baik ucapan Bagas. Bagas yakin rencannya kali ini akan berhasil. “Cheri pulang sama Albi aja. Kan searah tuh. Bisa kan Bi gw titip Cheri?”
            “Bisa kok. Tapi gw parkirnya gak disini.” Mereka pun akhirnya berpisah. Bagas, Kirana, dan Lesy memasuki lift dan turun ke P2. Sedangkan Cheri dan Albi berjalan menuju parkiran motor. Ya, Albi sedang senang mengendarai motor akhir-akhir ini, karena mobilnya sedang masuk bengkel. Kerusakan mesin. Jam sudah menunjukan pukul 21.30 WIB. Albi dan Cheri sudah ada di depan motornya Albi. Tapi ada satu masalah yang Bagas tidak pikirkan. “gw gak bawa jaket 2, cuman helm. Gimana dong, Cher? Kan udah malem.”
            Mengetahui hal tersebut, Cheri berharap Albi meminjamkannya jaket karena ia perempuan, tapi Cheri berpikir dua kali. Angin akan lebih menghembus kencang ke arah Albi.  Pengguna motor yang tidak memakai jaket di malam hari bisa bahaya bagi dadanya, paru-parunya. “Lo aja yang make. Gw kan pake cardigan.”
            “Tapi kan itu cardigan, gak tebel. Angin malem loh.” Albi begitu menyemaskan kesehatan Cheri. Dan ia mulai menyalahkan Bagas. Kalau Cheri sampai di rumah masuk angin, Bagas adalah orang yang pertama akan ia salahkan. Cheri menggeleng, menolak jaket Albi. “Yaudah, gw gak ngebut deh. Tapi lo nyampenya jadi lama, gak apa-apa?” Cheri mengangguk. Tanpa mereka sadari, keduanya saling mencemaskan kesehatan satu sama lain. Tanpa mereka sadari, keduanya sudah saling peduli.
            Motor mulai berjalan meninggalkan area parkir. Cheri berpegangan dengan besi yang ada di samping kursi motor. Tidak mungkin ia berpegangan dengan Albi. Belum setengah perjalanan, Albi mendengar Cheri sudah bersin beberapa kali. Ia mengendari motornya dengan speed yang tidak terlalu kencang, tapi Cheri sudah bersin-bersin. Albi menepi di pompa bensin. Ia melepaskan tangannya dari stang motor, membuka kaca helm, dan menurunkan resleting jaketnya. Ia turun dari motor, mencopot jaketnya, sedangkan Cheri masih duduk diatas motor sambil bersin-bersin.
            Albi mengulurkan jaketnya ke Cheri, tapi Cheri menolaknya. “Ntar paru-paru basah, Bi.” Cheri menutup hidungnya, supaya tidak bersin lagi. “Udah gak bersin kan?” Cheri tersenyum ke arah Albi yang masih mengulurkan jaketnya. Albi berjalan ke belakang motor dan memakaikan jaketnya ke Cheri. Ia memasukan tangan kanan Cheri ke lengan kanan jaketnya, dan kemudian yang kiri. Setelah Cheri sudah memakai jaketnya, Albi kemudian menutup kaca helmnya, dan menaiki kembali motornya.
            “Cowo apaan gw kalau ngebiarin lo kedinginan,” ucap Albi. Cheri tidak mendengarnya karena suara Albi yang terhalang oleh helm.
            Cheri meresleting jaketnya. “Terus gara-gara gw, lo sakit? Emang gw siapa lo, Bi?” ucap Cheri di dalam hatinya.
            Albi sadar Cheri tidak nyaman memakain jaketnya karena ia tidak memakai jaket. Ia menoleh ke belakang, membuka kaca helmnya dan berkata ke Cheri, “enak kan pake jaket? Gak usah sok kuat, Cher. Lo kan perempuan.” Albi masih melihat muka Cheri yang masih tidak nyaman mengenakan jaket miliknya. Albi memikirkan sesuatu, “Lo pegangan ke gw yah, biar gak jatoh.” Cheri mengangguk. Ia tau posisinya saat itu menumpang sama Albi, dan meminjam jaketnya. Jadi sebisa mungkin Cheri tidak menambah kerepotannya Albi dengan menuruti ucapannya.
            Motor berjalan dan Cheri memegang kaos yang dikenakan Albi. Albi mengetahuinya dan tertawa pelan. Albi melapskan tangan kirinya dari stang motor dan memegang tangan kiri Cheri yang menarik kaosnya. Ia pindahkan tangan kiri Cheri melingkari perutnya, kemudian tangan kanannya. Ketika kedua tangan Cheri telah berpegangan denga badannya, Albi baru melanjuti mengendari motor dengan kedua tangannya. “Walaupun ini dingin banget, tapi lo meluk gw dari belakang udah cukup menghangatkan, Cher.” Ucapnya dalam hati.
            Cheri menempelkan kepalanya yang tertutup helm di punggung Albi. Ia merasa sangat nyaman memeluk Albi yang bukan siapa-siapanya. “Kenapa jadi kayak gini? Salah gak yah gw ngelakuin ini?” pertanyaan itu melintas di benak Cheri. Jantung Cheri berdetak begitu cepat. Terkadang pikirannya kosong, dan pada saat itu ia benar-benar merasa nyaman di dekat Albi.
            “Gw yakin gw suka sama lo, Cher. Tapi apa mungkin gw bisa nandingin orang yang lo suka? Apa mungkin gw bsia dapetin lo? Apa mungkin, lo bisa lupain gebetan lo itu dan suka sama gw? Kenapa gw ngerasa lo jauh banget yah Cher, padahal lo tepat di belakang gw, meluk gw. apa ini bertanda, kalau lo gak punya perasaan apa-apa ke gw?” Albi terus berkata di dalam hatinya. Dalam waktu yang bersamaan, ia mersakan dua perasaan yang bertolak belakang. Di satu sisi, ia begitu bahagia bisa berdua bersama Cheri, tapi di sisi lain ia takut, takut Cheri tidak punya perasaan yang sama dengannya. Sesampainya di rumah Cheri, semuanya akan berkahir. Albi pernah menolak untuk dijodohkan dengan Cheri, sehingga rasa ragu itu muncul terus. Ragu untuk menyukai Cheri, ragu untuk berani melangkah mendapatkannya.
            “Can I……stop the time? So I don’t have to think what will happen after this.”

..................

Wednesday, July 20, 2011

thanks to BIGBANG

sebelumnya gw gak pernah suka sama yang nama boyband atau girl band korea, pokoknya kpop-kpop gitu. alesannya kenapa?
1. gayanya lebay, suka banyak yg cowo jd cewe gara2 stylenya yg aneh2
2. lagunya gitu, gak ngerti karena jelas pake bahasa korea
3. rambutnya (khususnya boyband) itu suka aneh2, di warna2in trus modelnya gitu2, gaya rambutnya gak suka banget gw.

but thanks to my cousin, anisa amalia sultoni (teh ica), karena telah memperkenalkan gw dgn dunia kpop yang ternyata oke juga. eits gak semua. walaupun super junior yang mendobrak eksistensi boyband korea lagi, BIGBANG ITU YANG PALING KEREN. teh ica yang 'nyekokin' gw sama BIGBANG. awalnya sih BEG, Brown Eyed Girl. tapi yg jd masalah gw kan gw selalu ilfeel sama cowo2 oriental, mata sipit, gitu2. nah entah kenapa pas ngeliat bigbang, duuuarrrr, gila! kpop ada yang seoke ini juga ya? pikir gw. inget banget gara-gara LP Big Bang yang Love Song, gw lgsg jatuh cinta.
pernah temen kuliah gw ngasih liat MV big bang yang tonight, tapi gw masih gak tertarik gitu. tapi pas ngeliat love song, langsung berubah 360 derajat.

abis dari situ gw mulai ngedengerin semua lagu2nya, daaaaan itu bagus-bagus banget. yes, mereka emang yang paling elit lagunya. coba deh denger. big bang merubah jauh 3 penilain (yg di awal) gw ttg boyband korea. 
1. STYLE, style mereka oke-oke banget. even GD (Big Bang's leader) wearing skirt with jeans or wearing bright colour, gw gak bisa ilfeel. di mata gw bagus2 aja. GD tuh terkenal banget sama fashion nya. dan mereka kalo di panggung rapih. pokoknya stylenya TRES BIEN.
2.LAGU, nah walaupun semua lagi bahasa korea, gak sedikit mereka masukin kata2 bahasa inggris, jd ada part yang bisa gw nyanyiin. musiknya elit banget, musiknya enak banget deh ah. gara2 gw denger bigbang mulu, dan gak bosen2, gw jadi gak ngikutin lagu2 di america sana yang lagi hits apaan. hahaa
3. GAYA RAMBUT. no comment deh. mau di apaain juga tetep aja gw bakal suka. udah terhipnotis.

Big bang terdiri dari 5 member. G-Dragon as a leader, Taeyang, T.O.P, Daesung, Seungri. dan gw paling tergila2 dengan lelaki bernama Taeyang. entah gara2 mohawknya atau gara2 suaranya atau gara2 dancenya. he can dance, sing, playing piano, beatboxing, hmm perfecto. ada beberapa performancenya dia yg nyanyiin lagu asing, bhs inggris. daaaaaan kalo denger cuman suaranya doang, mungkin gw gak bakal tau kalo yang lagi nyanyi itu orang korea. ya walaupun pronouncenya gak perfect, wajarlah, korea. negara yang masih cinta sama budaya bahasanya sendiri. Taeyang juga, gw baca di beberapa artikel, itu salah satu penari terbaik di korsel. yeyeyeye. SO HAPPY!!!! top banget deh nih cowo.

next GD, G-Dragon. he's more talented than Taeyang. selain fashion stylenya yang gak diraguin lagi di dunia kpop, GD itu superb talented. dia bisa nyanyi (pastinya),rap, bisa nulis lagu (udah banyak judul lagu yang sukses dia bikin, buat bigbang maupun personal bigbang yang lainnya), beatbox, dancing, acting, bisa nge-DJ. haaaaah gw bingung kenapa ada orang kyk gitu. GD itu anggota bigbang nomer 2 yang gw suka, after taeyang.

T.O.P, yes he's always in the top. TOP itu nama panggung, sama kyk GD sama Taeyang. kelamahan dia di nari, hahaha. coba aja liat live performancenya bigbang, keliatan yg paling males nari siapa. HE'S COOL GUY. diem aja udah oke. rap-nya enak, gak ngasal. senyumnya itu looooooooh, ya ampuuun. actingnya bagus. dia udah main film layar lebar korea judulnya IRIS, dan dia menang penghargaan atas film tersebut. kalo bikin2 parody, TOP jelas jadi aktor utama. actingnya baguuuuuuuus.

Daesung, dia yang paling punya suara paling bagus daripada personil bigbang yang lain. tp dia yang paling sipit, hahaha. kala nilai fisik yah, dae bisa dikategoriin lucu, gak cakep. gw suka Dae lebih ke suara sama wataknya dia yang ceria sama heboh. klo liat di program2 acara yg bigbang ikutan bisa dilihat sendiri gimana Dae pinter ngubah suasana. Dae di panggung sama off panggung tuh kayak beda banget. kalo lagi nyanyi lgsg bawaannya gagah, serius, keren, eh kalo udah gak nyanyi lgsg ngebanyol bikin sakit perut.

Seungri, the youngest member. hmmm mungkin dia yg paling sedikit yg bisa gw ceritain karena gw gak terlalu interest personally ke seungri. tapi kalo dalam BIGBANG, jelas pastinya gw suka. if one member left, there's no bigbang, right?

selain hal2 diatas, gw suka dan menggilai bigbang juga karena kekeluargaannya. ada satu wawancara di radio gitu, nah disitu jelas banget kalau mereka berlima tuh care banget. huhuhhu hebat.

yeah, that's all for today post. jd jangan aneh kalo gw tiba2 suka kpop, eits ONLY BIGBANG.

this is their performance yang mengubah perspektif gw tenteng boyband korea :
dan ini

dan ini my favorite Big Bang'sLive Performance. hahaha gw suka banget narinya mereka disini

dan ini performancenya taeyang yg lagu inggris yg bagus itu loh, yg gw maksud


ya, walaupun keliatan banget yah ada contekannya gw sih mah wajar. ya memang seperti itu jika warga negaranya masih cinta sama bahasa sendiri. :)

itu GD&TOP judulnya high high, musiknya enaaaaaaaak. apalagi dengernya pake volume kenceng dan bassnya juga di gedein hahhaa.

itu TONIGHT. mereka syuting di vegas. oke deh ah.
GD selalu ngancurin sebuah gitar di setiap tonight's performance. itu jadi ciri khas LP lagu ini :) Boss GD

amazing stage O.O



 G-Dragon (leader) - Kwon Ji Yong

Taeyang - Dong Yungbae

TOP - Choi Seung-hyun (oldest)

Daesung - Kang Daesung

Seungri - Lee Seunghyun

this is bigbang's light stick version 3. somebody please help me buy this 

that's all. thank you

Thursday, July 7, 2011

FOREVER AND ALWAYS 1 & 2 LINK DOWNLOAD

sebelumnya gw udah pernah ngasih link buat FAA 1, tapi ternyata itu gak lengkap. gak ada part 12 nya hahaha. ini yang terbaru. +new cover yeyeyeyye. bentuknya PDF ya, jadi bisa dibaca di tab bagi yang punya. yaa bisa buat ebook hahaha. ini dia linknya ---> http://www.4shared.com/document/reExif1h/forever_and_always.html?

daan ini forever and always 2 --> http://www.4shared.com/document/2bEncGs2/forever_and_always_2.html?

di download yaa, kasih tau temen-temen, ibu, bapak, kakak, adek, pacar, suami, istri, dari pada bengong mending baca novel akyu hahaha. makasih loh

Cheri-Albi love story

keep busy with tumblr and forget about this blog. hahaha. sorry :))))
project novel gw sekarang udah di post sampe part 4. agak pengalaman nulis baru nih, soalnya pake sudut pandang orang ke tiga. terus pengen bener-bener novel, penggambaran suana, karakter, mimiki, segala macem dari cerita, bukan dari dialog. dan itu ternyata susah banget. pengen nulis cerita bersambung tapi yang penulisannya rapih. belajar emang perlu. salah juga perlu, so FIGHTING!!
mengenai novel ke tiga, insya Allah selese lah. ceritanya gak jauh-jauh dari love story. settingnya itu dunia kampus. karakter utamanya namanya Cheri. jujur agak susah bikin watak baru karena watak lovina di FAA itu lekat banget sama gw. jadi kayaknya Cheri sama Lovina gak jauh beda wataknya. anaknya bukan perfectly beautiful, terus hm kalau suka sama cowo diem-diem (gila gw banget hahaha). tapi yang bikin beda Cheri sama Lovina, Cheri itu lebih pendiem, punya keluarga yang utuh, punya mantan yang masih deket sama dia, sahabatnya cuman satu, sama Cheri ini lebih kalem lah daripada Lovina.
untuk tokoh laki-lakinya di novel ke 3 yang masih progres ini dan belum ada judulnya, gak banyak. gak sebanyak di FAA 1 maupun 2. mungkin disini yang gw bikin beda. di FAA, Yuri, Dika, William, sama Rifky itu suka sama Lovina nya bertahap. gak langsung suka. nah Albi di novel ini, gak kayak gitu. dia lebih ke William kali yah karakternya. eksis, ganteng,  rame aneknya, supel. dan dia gampang deket sama cewe. Albi sama Cheri mau gw bikin saling suka, tapi gak saling tahu.
hubungan Cheri sama Albi gw akan bikin banyak masalah, banyak hambatan. akhirnya gimana, jadian atau enggak, don't know. bisa kayak Yuri bisa juga kayak Rifky bisa juga William.

pasti karakter utama sahabat. disini ada si Kirana yang punya pacar setia namanya Bagas. mereka nge-support Cheri banget. karakter Kirana agak 11-12 sama Vera. judes, tapi lebih protective.
Cheri punya mantan pacar, nah kalo Lovina kan enggak. namanya Abang, meskipun udah putus ada satu hal yang bikin mereka tetep deket. baca deh kalau mau tau kenapa.

apalagi ya? hmm, novel ini si Cheri-Albi itu gak bakal se-travellingnya Lovina. bisa dilihat dong, Lovina kemana-mana. Bali, Bandung, Singapore, Paris, Rome, sampe Melbourne. Cheri enggak. jalan-jalannya paling dalam negri aja, gak seboros Lovina. di FAA ada yang meninggal, Dika. gw mikir kisah kehilangan tuh perlu dalam sebuah novel, karena itu menggabung 2 tokoh yang gak satu. Dika meninggal, bisa dilihat apa setelahnya. Lovina sama Rifky, sama William, sampeee sama Yuri. tapi belum ada gambaran, siapa yang bakal 'pergi' di cerita albi-cheri ini.

sooooooo, check it out guys!! hope you like it. ENJOY

perfect two part 4

4
YOU FOUND ME
“I’ve never heard silence quite this loud  – Taylor Swift”

            Bagas menyewa satu kapal khusus berempat. Mereka diving untuk terakhir kalinya sebelum besok kembali ke Jakarta. Cheri kali ini ikut pergi ke tengah laut, ke diving area. Tapi ia sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk diving. Kirana dan Bagas pun tidak memaksa Cheri untuk ikut diving. Cheri akhirnya mau ke tengah laut karena tidak mau melewatkan hari-hari terkahir di pulau tersebut bersama teman-temannya.
            Kapal pun berhenti di salah satu titik diving yang menurut nahkoda kapalnya adalah yang terbaik di sekitar perairan tersebut. Kirana dan Bagas sudah berpakaian menyelam lengkap dengan tabung oksigen. Mereka berduapun masuk ke dalam air, ditemani dengan 2 orang pemandu. Mereka berempat mulai diving meninggalkan Albi yang masih sibuk memasang baju selamnya. Albi akan diving dengan pemandu yang lain. Albi duduk di pinggir kapal, siap untuk menyebur ke dalam laut.
            “Beneran gak mau ikut?” tanya Albi ke Cheri yang memandanginya. Cheri menggeleng. Albipun masuk ke dalam air.
            “Albi!!” Teriak Cheri dari pinggir kapal. Albi yang mau menyelam terhenti karena mendengar panggilannya Cheri. Cheri melempar kamera ke arah Albi. “Take some picture.” Albi mengacungkan kedua ibu jari tangannya ke arah Cheri dan kemudian menyelam kedalam laut.
            Jantung Cheri berdetak begitu kencang. Tiba-tiba saja ia merasa sesak setelah Albi menyelam. Ia pun menjauh dari pinggir kapal dan merebahkan badannya di kursi. Cheri memikirkan apa yang baru ia rasakan barusan. Ia tiba-tiba sesak karena melihat lautan yang tampak begitu dalam apa karena Albi?
            Belum 20 menit berjalan, Albi sudah terlihat di permukaan air. Ia pun berenang menuju kapal dan kemudian naik ke kapal. Cheri melihat kea rah Albi dengan tatapan keanehan. Walaupun sudah lama ia tidak diving, tapi Cheri tahu betul diving belum mencapai 20 menit belum bisa melihat seluruh keindahan biota bawah laut. Albi duduk di kursi didepan Cheri. Ia meminum air mineral yang disediakan oleh nahkoda kapalnya.
            “Wah ma situ sayang banget. Ke arah barat dikit, itu udah sampai padahal di titik terbagusnya.” Ucap pemandu yang menemani Albi selama menyelam.
            “Gak tau nih, mas. Kayak ada yang kurang, gak sreg aja. Tapi padahal biasanya juda diving sendiri. Gak tau nih, aneh.” Cheri terdiam mendengar ucapannya Albi. Apa Albi bisa ngerasain perasaan gelisah yang tiba-tiba tadi Cheri rasain? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul dibenak Cheri.
            Cheri mengubah posisi duduknya dan mengarah ke lautan yang berada di belakangnya. Jika ia terus melihat Albi maka pertanyaan tersebut akan terus terngiang-ngiang di benaknya. Keduan kakinya ia lipat dan ia dekatkan ke dadanya. Albi berdiri dan duduk di belakang Cheri. Keduanya berdekatan tetapi tidak saling berbicara.
            Tiba-tiba Cheri berdiri, mengambil baju diving yang ada di depan matanya. Setelah baju selam terpakai, ia mengambil kaca mata, lalu memakai sepatu kodoknya. Albi melihatnya dengan heran. “Mau ngapain si Cheri?” tanya Albi di dalam hatinya. Setelah semuanya telah Cheri kenakan, ia kemudian duduk kembali dan diam.
            “Gw ngapain sih?” ucapnya heran dengan apa yang baru saja ia lakukan.
Albi menyadari sesuatu. “Itu panggilan hati, Cher!!! Hahaha,” ucap Albi sambil tertawa. Cheri mencoba mengartikan ucapan Albi. Seharusnya ia tidak seperti itu, seharusnya ia tidak mengenakan baju selam karena ia takut. Albi berdiri dan memberitahukan mas Untung, pemandu selamnya, untuk menyiapkan tabung oksigen untuk Cheri. Cheri masih diam, tidak mendengarkan ucapan Albi ke mas Untung.
Baru kemudian ia sadar ketika mas Untung membawakan tabung oksigen ke depapnnya. “Eh, mas, saya gak mau…”
Albi memotong dengan cepat ucapan Cheri, “masih takut? Ada gw, Cher. Gw gak bakalan ninggalin lo.”
“Ta-ta-tapi..”
“Udah gak ada tapi-tapian. Selama ada gw, rasa takut lo akan hilang, hahaha.”
Mas Untung membantu memasangkan tabung oksigen ke Cheri. Setelah semuanya siap, Albi masuk ke dalam air lebih dahulu. Ia menunggu Cheri yang masih ada di atas kapal untuk masuk ke dalam air. Ia terus menunggu Cheri, tanpa rasa kesal sedikitpun. Jantung Cheri berdetak begitu cepat. Kejadian masa lalu terlihat kembali di matanya. Semuanya. Ia merenungkan niatnya untuk menyelam.
“Eh eh eh!! Cheri!! Ayo!” teriak Albi.
“Gak, gak bisa, Bi. Gak bisa.”
“Cher, sekarang atau gak sama sekali. Itu udah bertahun-tahun yang lalu. Ayolah. Gw janji, gak bakal ninggalin lo apapun kondisinya. Cross my heart!!”  Cheri mendengarkan ucapan Albi dengan sangat seksama. Dalam lubuk hatinya, ia percaya dengan ucapan Albi tapi trauma diving masa lampau masih terus menghantuinya. “Come on, Cheri!! You’re not born to be afraid of ocean. You can do this!!”
Cheri mencoba menyemangati dirinya sendiri di dalam hati, tapi Cheri tidak beranjak dari posisi berdirinya di dalam kapal. Akhirnya Cheri memberanikan dirinya. Dia pun menyebur kelaut dan Albi langsung mendekatinya. Mereka pun mulai menyelam. Baru di kedalaman 1 meter, Cheri berhenti berenang. Ketakutan itu muncul kembali. Jantungnya berdetak amat cepat. Albi mendekatinya dan memegang tangan kanan Cheri. Tiba-tiba Cheri merasa tenang. Ketakutan itu hilang seiring Albi memegang tangannya. Albi menarik Cheri menyelam lebih dalam.
Mereka berdua akhirnya bertemu dengan Bagas dan Kirana. Mata Kirana langsung tertuju ke tangan Albi yang menggenggam erat tangan Cheri. Ia pun tidak bisa melepas pandangannya kepada mereka selama menyelam. Tak banyak yang diucapkan Kirana setelah mereka semua kembali ke kapal dan menuju penginapan kembali. Begitupula dengan Cheri. Ia begitu diam. Kesunyian itu berlanjut hingga penerbangan kembali ke Jakarta. Di pesawat Kirana memutuskan untuk duduk bersama Kirana, tapi tetap tidak banyak pembicaraan yang terbentuk. Berbeda dengan para perempuan, Bagas dan Albi membangun suasana yang ramai. Banyak sekali topic pembicaraan yang mereka bahas. Dari masalah politik hingga pertanyaan teka-teki.
            Bagas dan Kirana menaiki mobil yang menjemput mereka berempat di bandara. “Kamu kenapa, yang? Dari tadi diem mulu.” Tak ada jawaban yang Bagas terima. “Lo juga Cher. Sama aja.”  Semua telah kembali ke rumah masing-masing. Hari berikutnya mereka berempat tidak saling bertemu, hanya Kirana dan Bagas yang saling bertemu.
            Terlihat mobil berplat F terparkir di halamn rumah Cheri di suatu minggu pagi. Lalu beberapa jam kemudia mobil tersebut meninggalkan rumah tersebut. Di dalam mobil sudah terdapat Cheri dan Abang yang berjalan ke arah Bogor. 2 jam perjalanan mereka tempuh untuk ke rumah Eyank. Ya, eyank sedang drop kesehatannya. Sehingga Albi mengajak Cheri untuk menjenguknya.
            Cheri duduk di sisi tempat tidur dimana eyang sedang tiduran. Tangannya memegang tangan Eyang yang terasa hangat. Muka eyang memang terlihat pucat. “Eyang cepet sembuh yah. Cheri gak mau ngeliat eyang sakit gini.”
            Eyang tersenyum mendengar ketulusan omongan Cheri. Lalu ia berkata dengan suara begitu lemah, “eyang pingin sering bertemu Albi.” Cheri terkejut mendengar ucapan eyang. Bagas yang ada di dalam kamar eyang juga ikut kaget. “Kamu kan satu kampus, sering ajak dia ketemu eyang yah sayang.”
            Setelah keluar dari kamar eyang, handphone Cheri bergetar. Ada pesan masuk. Ia membukanya. Permintaan maaf. Cheri membiarkan pesan tersebut tanpa berniat membalasnya. Abang menawarinya untuk pulang, Cheri pun menerimanya. Mereka berpamitan dengan keluarga yang ada di rumah eyang dan langsung pulang ke Jakarta. Tapi Abang membelokan mobil kea rah lain, bukan kea rah rumah Cheri, tetapi arah suatu mall di Jakarta selatan.
            Cheri berjalan disamping Abang, menyusuri setiap liku mall tersebut. Cheri masih belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya ke Abang saat memarkirkan mobil. Mau ngapain mereka ke mall tersebut? “Ngapain dia disini? Jadi, gw mau ketemu dia?” ucap Cheri di dalam hati ketika Abang akhirnya memberitahukan Cheri secara tidak langsung alasannya pergi ke mall tersebut.
            Abang berjabat tangan dengan Albi. “Gw mendadak gak sih minta ketemuan disini?” Albi menggeleng, “gini Bi, eyang drop kesehatannya. Alhamdulillah kata dokter bukan jantung…”
            Albi tidak sepenuhnya mendengar ucapan Bagas. Pandangannya tertuju kea rah Cheri yang terus sibuk sendiri, seperti tidak memperdulikan Albi didepannya. “Cuman seminggu gw gak ketemu lo,tapi berasa kangen banget.” Ucap Bagas dalam hati.
            “Woy!! Dengerin gak?” pandangan Albi yang tertuju ke Cheri pun langsung buyar setelah hentakan suara dari Abang. “Eyang minta lo sering kerumahnya, sekedar nengok. Ya seke…..” ucapan Abang terhenti. Seorang gadis tiba-tiba menghampiri Albi dan langsung megandengnya. “Wess, ternyata gw ganggu malam minggu lo ternyata. Hahahaa sorry masbro.”
            Cheri menegakan kepalanya setelah sekian lama menunduk. Ia melihat gadis itu juga. Berdiri tepat disamping Albi dengan tangan megandeng tangan Albi. Albi menyadari Abang dan Cheri sedang menatap dia dan gadis tersebut. Ia pun segera mengklarifikasinya dengan melepaskan tangan gadis tersebut. Tapi tak lama kemudian gadis itu megandengnya lagi.
            “Yaudah atuh, kalau kalian mau pacaran mah silahkan. Gw cuman mau ngomong itu doang, turun langsung dari eyang.” Albi mengangguk. Ia mencoba tetap asik dengan Abang, tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam, perasaannya begitu tidak karuan. Antara kesal, gak enak, kangen, semua campur aduk menjadi satu. “Atuh kenalan dulu. saya Abang, sepupunya Albi.” Abang mengulurkan tangan kanannya dan disambut pula oleh tangan gadis tersebut.
            “Abang anaknya om Sudrajat?” ucap gadis itu. Abang shock mendengarnya. Bagaimana seorang gadis yang belum pernah ia lihat bisa tahu nama ayahnya. Abang mengangguk dengan raut wajah senang tapi bercampur dengan kekagetannya. “Aku Lesy, anaknya bu Mirna Astuti.”
            “OOhh tante Tuti?? Lesy yang model bukan? Ya ampun, meunika geulis pisan sekarang.” Abang langsung terlihat akrab dengan Lesy. Mereka berdua secara tidak sadar berjalan menuju suatu restaurant, lalu duduk, dan tetap mengobrol, sembari memesan makanan. Mereka seperti asik membicarakan masa lalu dan meninggalkan Cheri dan Albi berduaan.
            Albi yang menyadari hal tersebut segera mengikut jejak Abang dan Lesy masuk ke restraurant tersebut. Sedangkan Cheri berjalan kea rah sebaliknya. Albi menyadari Cheri tidak berjalan mengikutinya. Ia berbalik badan dan melihat Cheri berjalan berbeda arah dengannya. “Albi, sini buruan!!” teriak Lesy dari dalam restaurant. Albi masuk ke dalam restaurant, duduk di samping Lesy dan meninggalkan Cheri dengan dirinya sendiri.
            Cheri mengambil handphonenya dan menelfon Kirana. Ketika Kirana mengangkatnya, ia hanya mendengar ingas tangis pelan dari Cheri. “Cheri sayang, kamu kenapa? Kok nangis? Cerita sini. Aku pasti dengerin.”
            Cheri mencoba menenangkan dirinya. Ia tidak ingin menangis, tapi perasaan sesak tiba-tiba muncul. “Eyang sakit,” ucap Cheri dengan suara bercampur isakan tangis.
            “Iya, tadi Abang udah ngasih tau aku. Gak mungkin baru sedihnya sekarang, coba jujur deh sama gw.” Kirana hanya mendengar isak tangis Cheri, nafasnya yang terputus-putus karena menangis. Ia tahu pasti ada sesuatu terjadi. Dan pasti berkaitan dengan lelaki yang sahabatnya tersebut suka. “Gebetan lo ya? Kenapa dia?”
            Di restaurant, Abang masih berbagi cerita masa lalu dengan Lesy. Lesy adalah teman semasa TK dulu. Kedua orang tua mereka bersahabatan. Tak jarang, ibu Tuti datang ke rumah eyang ketika Abang dan orangtuanya masih tinggal bersama eyang. Tapi akhir-akhir ini, kedua orang tua Abang dan Lesy mempunyai kesibukan masing-masing sehingga jarang bertemu. Mungkin di tempat itu yang menyadari Cheri hilang hanya Albi. Ia duduk diam, gelisah di dalam hatinya. “Cheri kemana ya? Kok dia gak gabung?” kegelisahan it uterus Albi rasakan.
            “Kenapa Kirana?” Abang mengangkat telefon masuk ke handphonenya yang tak lain adalah Kirana. Suara Kirana terdengar hingga telinga Albi yang duduk di serong depan Abang. Kirana terdengar marah, nama Cheri sering disebutkannya beberapa kali. Abang akhirnya menyadari Cheri tidak ada bersamanya. Abang menutup microphone handphonenya agar Kirana tidak mendengar omongannya. “Cheri mana?” tanya Abang dengan suara sangat pelan.
Albi dan Lesy mengangkat bahu sembari menggeleng. “Tadi dia nelfon gw sambil nang….” Kirana berhenti bicara. “Dia sama lo gak?”
Abang menyadari ada satu kata yang terputus oleh Kirana. “Dia lagi ke toilet. Bbm aja gih.” Kirana langsung memutuskan telefon. “Sorry nih sebelumnya, kayaknya gw pamit duluan yah. Urusan gw sama lo Bi udah selesekan? Gw mau nyari Cheri dulu. gw hubungin lagi ya, Les.”
Albi berdiri dari kursi setelah Abang meninggalkan restaurant. “Mau kemana? Dinner dulu aja yah, Bi.” Ucap Lesy saat melihat Albi berdiri dan mau berjalan meninggalkan restaurant. Albi tetap pergi, tidak menghiraukan ucapan Lesy. Lesy mengejarnya. “Kamu kenapa sih? Jadi kayak orang linglung gini?” Lesy menarik tangan Albi dan menariknya masuk kembali ke restaurant. Albi melepaskan tangan Lesy. “Cheri is fine, Albi. Ya gak mungkin lah ilang di mall. Abang juga udah nyari.”
Lesy kembali mencoba menarik tangan Albi dan untuk sekian kali Albi melepaskannya. Lesy kesal dan akhirnya berpisah dengan Albi. Ia memutuskan untuk jalan-jalan di mall seorang diri. Albi yang melihat Lesy pergi lekas mengikuti jejak-jejak Cheri. Di mall yang besar tersebut, Albi dan Abang berjalan mencari Cheri di arah yang berbeda.
            Albi melewati sebuah kedai kopi dan melihat Cheri sedang duduk sendirian disana. Albi menghampirinya dan duduk di depan Cheri. Kedua mata Cheri terlihat sedikit bengkak. Sebuah cangkir yang sudah tidak ada isinya masih digenggam oleh kedua tangan Cheri di atas meja. Cheri menyadari Albi sedang duduk di depannya dan memandanginya, tapi ia tidak berbuat apapun, hanya diam sambil menggenggam cangkir kopi yang sudah habis. Albi berdiri, menghampiri kasir, memesan secangkir late, dan memberikannya ke Cheri. Late yang sudah dipesan Albi untuk Cheri tidak mengubah apapun. Cheri tetap memegang cangkir kopi yang kosong tersebut.
            Albi memegang kedua tangan Cheri, melepaskannya dari cangkir kopi yang kosong. Kemudian ia menukar cangkir yang kosong dengan secangkir late yang ia pesan, dan kemudian menaruh kedua tangan Cheri untuk memegang cangkir tersebut. Albi tersenyum. Cheri melihat late tersebut, dan terdapat gambar wajah tersenyum diatas late tersebut. Raut wajah Cheri tidak berubah setelah melihatnya. Tetap kosong.
            Senyum Albi pelan-pelan hilang. Wajah penuh kecerian sekarang berubah menjadi wajah dengan penuh kecemasan. “Kok lo tiba-tiba begini sih, Cheri? Lo sakit? Cerita aja sama gw,” ucap Albi dalam hati. Cheri melirik ke Albi dan Albi lekas tersenyum ketika kedua mata mereka bertemu.
            Cheri menyodorkan cangkir latenya ke Albi. “Kembung,” ucapnya dengan suara yang amat pelan. Meski pelan, Albi bisa mendengarnya dengan jelas. Albipun meminum late yang ia pesan untuk Cheri dan setelah meneguk beberapa kali, tersisa sedikit kopi di dekat bibirnya. Cheri melihat tersebut dan tertawa tanpa suara.
            Albi memberikan tatapan ke Cheri dengan raut muka yang bertanya. Cheri memberitahukan ada sesuatu di bibir Albi. Ia  menunjuk bibir atasnya, memberitahu Albi apa yang ia lihat. Albi langsung tau maksud Cheri. Bukan langsung mengelapnya, ia malah membuat raut wajah yang lucu dan membuat Cheri tertawa tanpa suara lagi. Albi membersihkannya setelah Cheri berhenti tertawa.  Hanya bermain dengan raut wajah, mereka membangun suasana lucu tersebut. Dengan bermain raut wajah, mereka berkomunikasi. Kesunyian itu bukanlah kesunyian, melainkan suasana yang amat ceria.
            Cheri berhenti tertawa dan berkata dalam hati, “seandainya lo tahu kenapa gw kayak gini, Bi.”


.....................................