Monday, December 27, 2010

Amazing 2010

sebentar lagi, beberapa hari lagi, kita akan meninggalkan 2010 dan menyambut hangat 2011. 4 hari lagi. and this is the last MONDAY in 2010. di tahun 2010 ini gw melewati banyaaaaak banget kejadian seru, menyenangkan, sedih, mengagetkan, gw menjalani rutinitas baru, dan banyak lainnya. mungkin di posting gw kali ini gw akan membahas beberapa moment yang gak bakal gw lupa sampai bertahun-tahun yang akan datang.

1. Global Islamic School angkatan 6 : ENEMIES
dari absen 1 sampai absen 69, di tahun 2010 ini gw merasakan hubugan yang amat dekat dengan mereka. kita lulus bareng-bareng, kita ujian bareng-bareng, dan kita juga kehilangan seorang teman bersama. Vincenzo Malayu, you're my, our best friend ever. sedih, senang, marah, kesel, semua kita rasain bersama selama 3 tahun. dan harus mengakhiri masa SMA itu di tahun 2010. mengakhiri rutinitas 6 tahun gw bangun pagi, berangkat jam setengah 7 ke GIS, ikrar, makan di kantin, sholat jamaah, main di ruang guru, semua berakhir di tahun ini. salah satu yang paling gw rindukan di 2010 adalah waktu-waktu terakhir gw di GIS bareng enemies. i love you guys :D

2. INTEN ITS-661
lagi-lagi perpisahan sama temen. temen bimbel di inten, di kelas its 661 harus berpisah di tahun 2010. satu tahun belajar bareng cukup membangun suatu ikatan pertemanan yang akrab. gw ketemu orang-orang pinter, kocak, ganteng, cantik, orang-orang yang terduga di sini, di INTEN kalimalang. kita try out bareng, belajar sampe malem bareng, wew rutinitas sore hari pas kelas 3 yang gak bakal gw rasain lagi. sekelas cuman 15 orang, gimana gak akrab ya kaan? udah gitu pas reuni kita karaokean dan gak nyangka kalo anggira yang lugu diem-diem sukanya avenged 7 fold, wew. abis itu pas mau jalan bareng lagi, malah tabrakan. aahh inget gw, ingeeet semua masa2 suram dan menyenangkan di 2010 bareng kalian. :)

3. NEW FAMILY, FIB UI SASTRA PRANCIS 2010
rutinitas baru, keluarga baru, temen-temen baru, ada di sini, di Universitas Indonesia. semuanya baru, tempat belajar, guru, temen, bahan pelajaran, lingkungan, semuanya baru dan emang beda banget sama pas SMA. tahun 2010 gw melakukan hal yang belum pernah gw lakuin sebelumnya, yaitu TEATER. liat posting gw sebelumnya, gimana teater angkatan gw. berkat teater ini gw mereasakan kebersamaan dengan keluarga besar sastra prancis fib ui, dari yang senior sampai yang angkatan 2010. ini masih my first year, jadi belom banyak yang bisa diceritain. tapi 2010 adalah Prancis 2010 itu simplenya

4. Forever and always 1
akhrinya tamat dan sepanjang 2010 mendapat respon baik dari pembacanya. dari yang temen sampai yang baru kenal, ngerespon baik tulisan gw. THANK YOU !!!! FAA  emang mulai posting 2009, tapi lebih banyak gw postnya 2010. jadi ini tahun terbaik gw dalam menulis. gw tau dimana kesenangan gw. IMAJINASI, yes itu kesenangan gw hahahaha.

5. GROUP B
Ina, dede, abis gw lulus SMA, ketika temen-temen gw yang lain udah pada mencar-mencara gw mainnya sama dua orang itu terus. kemana-mana sama mereka, wahahaha. dari kejadian lucu, aib, cinta, patah hati, sedih, haduuuh gw temeuin di 2010 bareng mereka juga. dan sekarang nambah sama Tania. kenapa B? karena kita bergolong darah B, pikiran kita nyambung senyambung darah kita, (lebay). hahahaha. best year with them

udah kali yah? sebenarnya masiiiiiih banyak lagi, tapi sepertinya akan gw lanjutkan pada posting berikutnya. oh iya satu lagi, tahun 2010 gw taau mana yang beneran temen dan mana yang sekedar teman. :)

HAPPY NEW YEAR 2011!!! xoxo

Sunday, December 26, 2010

perfect guy pour ma belle taylor swift

which one of this guy are match for taylor swift??

1. Taylor Swift and Joe Jonas


song for joe : forever and always

2. Taylor Swift and Taylor Lautner


song for mr. lautner : back to december

3. Taylor Swift and Cory Monteith


4. Taylor Swift and Justin Bieber

5. Taylor Swift and Jake Gyllenhaal

I like seeing Swift with Lautner or the new couple Jake and Taylor. Swift and bieber, definitely not. Look, beiber is smaller than Taylor hahaha. Bieber is too young for taylor. but Taylor and Cory are cute too. Joe? C'est fini.
moi, je prefere Taylor Lautner ou Jake Gyllenhaal.
What about you?

Saturday, December 25, 2010

i just love this couple

Jake Gyllenhaal takes new girlfriend Taylor Swift to meet his movie star sister Maggie

By DAILY MAIL REPORTER

New love: Taylor Swift and Jake Gyllenhaal can't wipe the smiles off their faces as they went on a romantic stroll to a grocery store in New York recently


It's clear Taylor Swift and Jake Gyllenhaal are still enjoying the honeymoon period of their relationship.

But things seem to have taken a more serious turn as he has already introduced the young singer to his other favourite person - his movie star sister Maggie Gyllenhaal.

Taylor was seen holding hands with the actress's four-year-old daughter Ramona as they strolled together in New York.

The new couple were the epitome of domestic bliss as they giggled and smiled during a walk to a local grocery store.

With her arm wrapped affectionately around his shoulders, Taylor and Jake appeared to be in a world of their own as they wallowed in their new-found love, looking at each other adoringly.

Singer Taylor and actor Jake started dating in October. It comes a year after the Brokeback Mountain star split from Reese Witherspoon.


Quality time: They were celebrating Thanksgiving with Jake's sister Maggie. Later Taylor joined her for a stroll along with the actress's daughter Ramona


Taylor, who turned 21 this week, was previously linked to Twilight star Taylor Lautner.

Jake and Taylor were spotted enjoying each other's company in Brooklyn, New York, on Thanksgiving late last month.

After stocking up on groceries, they joined Jake's sister Maggie for dinner.

Jake has been promoting his new film Love & Other Drugs in Sydney recently while Taylor has been in Nashville working on some new music.



Smitten: With a coffee in hand, Taylor put on an affectionate display with her actor boyfriend as she put her arm around him


But despite their hectic schedules the pair made the time to meet up earlier this week when they arrived back in Los Angeles and went on a trip to Beverly Hills.

The couple seem to be going from strength to strength, with sources close to the couple confirming that it's a serious relationship.

'Taylor is smitten. She loves how nice and affectionate he is,' an insider told Us Weekly magazine.

'Jake likes that Taylor is sweet, low-key and very easy to be around.'


from : http://newsfwdmail.blogspot.com/2010/12/jake-gyllenhaal-takes-new-girlfriend.html

forever and always 2 : P.17


PART 17
DON’T GO

            “Lov, maafin aku….”
            William berdarah-darah disamping gw. Gw memegang kepala gw, berdarah juga. Badan gw sakit untuk digerakin. Gw pegang tangannya William. Enggak, enggak, lo gak boleh pingsan.
            “Will, bangun…!! Bangun!!! Ambulancenya pasti kesini. Lo mesti sadar!!! William!!!!”
            Gw goyang-goyangin badannya. Dia gak sadar-sadar. Penglihatan gw makin burem.  Air mata gw keluar dengan drastic. Gak boleh, William mesti sadar. Gw lansung cari tas gw. Ngambil hp, dan nge-dial nomer siapapun yang terakhir gw telfon. Enggak tau ini siapa, gw udah gak ngeliat apa-apa. Gw terus mencoba ngebangunin William, sambil terus menunggu orang yang gw telfon ngangkat.
            “Halo..?”
            “Gw kecelakaan. William gak sadar. Pliis telfon polisi!!!”
            “Lo kecelakaan!!!!!! Dimana? Letak lo dimana?”
            “Gak tau. William gak sadar-sadar…”
            Panic, takut, sakit, semua gw rasain dalam satu waktu.
            “Oke lo tenang. Gw langsung telfon polisi.”
            Telfon terputus. William tetep gak bangun. Gw terus ngebangunin dia. Gw terus nangis. Gw terus nahan sakit.
            “William!!!!!! Sadar dulu!!”
            Gw pegang dadanya. Jantungnya berdetak lambat banget. Kepala gw makin pusing, semuanya makin burem. Lov, jangan pingsan!! Tahan sampe ada bantuan. Gw gak ada kekuatan lagi buat ngebangunin William, gak ada. Gw genggam tangannya erat. Gw tutup luka dikepalanya dengan tangan gw. Gw butuh Vera, gw butuh dokter. Gw taruh kepalanya William di pundak gw, sambil terus gw tutup lukanya.
            “Don’t leave me alone. Don’t leave me. Come on, wake up!!”
            Napas gw nyesek banget. Tangan gw udah mati rasa, sekarang semuanya udah gelap. Tuhan, tolong kuatkan saya, sebentar saja.
            “William Mason Bramantyo, please wake up!! Don’t leave me again. You said you loved me. Prove it, wake up!!!”
            “If I had to choose between loving you and breathing, I would use my last breath to say I…love…you…”
            Gelap… sesekali gw mendengar sesuatu, tapi gw gak bisa bangun. Sesekali gw dengar orang manggil nama gw, tapi gw gak bisa ngapa-ngapain.
            “Lovina!!!”
            Gw berbalik badan. Seorang laki-laki berjalan ke arah gw.
            “Dika? Kamu kok disini?”
            “Udah lama yah kita gak ketemu. Kamu makin cantik aja.”
            Gw langsung memeluk Dika. Sekarang dia tambah ganteng, tambah tinggi, tambah manis dari yang dulu.
            “There never was anyone else. I only wanted you. I love you, forever and always.”
            Rasanya udah bertahun-tahun gw gak ketemu Dika. Dan pelukan ini, amat sangat gw rindukan. Parfumnya gak berubah, semuanya gak berubah. Selalu terasa hangat kalau dipeluk sama Dika.
            “I love you too. But, we’re not meant to be together. We’re meant to fall in love together. But not to be together.”
            “Am I not good enough for you? That’s the reason why you leaving me?”
            “You’re more than anything for me. But, I think there are someone else that meant to be together with you. Go, find him. Tell that you love him.”
            “But, I love you….”
            “And its forever and always. I know. You don’t have to say it, I already know. But everything changing now.”
            Dika ngelepasin pelukannya. Dia memandang ke gw, lalu ia mencium kening gw. Changing? Apa yang berubah? Dia lebih ganteng? Itu bukan perubahan yang membuat kita pisah kan?
            “Remember, find him. I know in your deepest heart, you love him too.”
            Dia berjalan menjauh dari gw. Gw memanggil-manggil dia, tapi dia gak nengok-nengok. Makin lama makin jauh, dan menghilang. Gw menangis. Kenapa dia pergi lagi? Gw menutup mata gw, mencoba mengingat kesalahan apa yang gw lakuin ke Dika sampai-sampai dia ninggalin gw. Apa yang salah?
            Gw membuka mata gw, berharap yang gw temuin adalah Dika sedang berdiri didepan gw mengulurkan tangannya, dan ia memeluk gw. Gw pun membuka mata gw. Silau. Plafon? Enggak, tadi gw gak disini. Gw di taman, taman yang luas banget. Taman yang gw pernah pergi tahun baru kesana bareng Dika. Ini dimana? Diruangan? Gw nengok ke kanan kiri. Dan dengan jelas gw dapat menyimpulkan, ini rumah sakit.
            “Lovi, lo udah sadar? Alhamdulillah. Gw panggil suster dulu ya…”
            Kalau mata gw gak salah tadi itu Yuri. Kenapa Yuri ada di rumah sakit? Gak lama setelah Yuri keluar ruangan, dia balik bersama seorang suster. Susternya ngecek kondisi gw. Nyatet sesuatu di kertas yang dibawanya kemudian keluar dari ruangan, meninggalkan gw dengan Yuri.
            “Gw ketemu Dika, Yur. Gw ketemu almarhum di mimpi gw. Dia ninggalin gw, dia mau gw nyari orang lain yang emang ditakdirin buat gw. Gw kangen banget dia Yur, kenapa dia pergi lagi..”
            Air mata gw tiba-tiba netes. Udah beberapa tahun ini gw jarang banget nyekar ke makam Dika. Jarang lagi main-main ke rumahnya. Mimpi tadi kerasa begitu nyata. Hangat tubuhnya masih kerasa di badan gw. Wanginya yang berubah.. Dika, kenapa kamu tiba-tiba muncul?
            “Lovina, lo tenang dulu ya. Ini mungkin masih efek dari shock lo. Tenang yah. Bokap lo otw kesini kok.”
            Sebenernya gw kenapa sih di rumah sakit? Demam berdarah? Kok jadi lupa gini. Beberapa jam kemudian si papah dateng, ketika gw lagi diperiksa dokter. Ketika ngeliat si papah dateng, dokternya nyuruh dia ke ruangannya, ada yang mau diomongin. Tinggalah gw dan Yuri lagi.
            “Kok lo bisa disini Yur? Gw kenapa dirawat? DBD?”
            “Astaga, lo gak inget apa-apa Lov?”
            Gw ngegeleng. Yuri mendekat keg w dan duduk di samping kasur gw.  Dan dia membantu gw mengingat. Setiap kata yang dikeluarkan Yuri lama-lama menjadi sebuah rangkaian peristiwa di otak gw.
            “Lo sama William kecelakaan. Lo nelfon gw, minta dipanggilin polisi atau ambulance ya? Lupa gw. Sekarang inget?”
            Ya Tuhan. William!!! Bodoh, kenapa gw jadi ikutan pingsan di TKP.
            “William gimana?! Dia masih ada kan? Dia tertolong kan? Kondisinya…”
            “Dia udah tertangani dengan baik kok, Lov. Thanks to you.”
            Ngedenger William tertangani dengan baik, hati rasanya lega banget. Gak tau kenapa.
            “Lo ngajak ngobrol William terus kan pas dia udah gak sadar? Bagus Lov. Kata Vera William masih bisa  denger tapi udah gak bisa ngerespon. Dengan lo ngomong sama dia..”
            “Otaknya masih ngasih pesan ke jantung dan paru-paru untuk tetap bekerja? Gw sering nonton film. Rata-rata mereka kayak gitu.”
            Kata Vera? Berarti Vera udah tau? Sekarang dia dimana? Yuri janji besok kalau gw udah boleh jalan-jalan, dia mau nganterin gw jenguk William. Kok pas kejadian, gw nelfon Yuri yah? Emangnya dia orang terakhir yang gw telfon? Kenapa gw jadi sering minta bantuan sama dia yah, padahal gw sama dia cuman sebatas teman SMA yang sekarang jadi bos. Apa itu bertanda sesuatu? Aduh otak gw ngaco nih abis kecelakaan. Mata gw tiba-tiba berat dan lama-lama tertutup dan tertidur.
            Gw terbangun dari tidur gw. Gw ngeliat ruangan kamar tempat gw dirawat udah penuh dengan orang-orang yang gw kenal. Papah, mas Naya, Vera, Ayu, Tyas, dan kak Asma. Ngeliat gw udah sadar, Vera, Ayu, Tyas langsung menghampiri gw.
            “Halooo darling. Udah enakkan badannya?”
            Gw ngangguk merespon pertanyaannya Vera.
            “Syukur deh lo gak kenapa-kenapa. Kita panic banget pas denger kabar dari Yuri.”
            “Kok lo gak nelfon gw sih, Lov? Atau Tyas atau Ayu, kenapa malah nelfon Yuri?”
            Vera masih yah agak sensi sama Yuri? Hahaha paraaah, konflik SMA melekat sampe masa keluarga, masa kehamilan.
            “Recent callnya Yuri. Itu tuh gw udah gak ngeliat apa-apa, Ver, Yu, Yas. Dapet hp langsung pencet tombol apapun dan nyambung. Tanpa nanya ini siapa, langsung gw suruh panggil polisi.”
            “Yaudahlah Ver. Bagus juga Lovi nelfon Yuri. Kan hp Yuri canggih bisa deteksi dimana Lovi nelfon. Coba dia nelfon gw, hmm bismillah aja tuh polisi cepet dateng.”
            Hahaha Ayu mah gak bisa diharapkan kalau membahas arah jalan. Gak bakal tau. Kalau ditanya kampus nya dimana, suruh nunjukin, harap-harap aja dia bisa nunjukin. Tuh anak emang deeeeh. Ternyata gw tidur lama banget, ini udah hari besok nya. Gw dikasih tau mas Naya. Berarti hari ini gw bisa jenguk William?
            “Abis sarapan yah, nanti mas Naya anter.”
            “Kita aja mas yang nganter. Katanya mas Naya mau ke kantor kan?”
            “Oh yaudah. Gw titip bentar yah, Yas.”
            Gak lama kemudian mas Naya pamit pulang. Dan tersisa gw bersama ketiga sahabat gw. Papah juga mesti rapat. Kak Asma dari tadi malem udah pulang, jagain Dika kecil dirumah. Gw sarapan disuapin Tyas. Selese sarapan Vera pamit pulang. Dia mesti check up babynya ntar siang, jadi dia di suruh istirahat dirumah sama sang suami.
            Selese makan, gw dibantu naik kursi roda sama Ayu, lalu didorong sama Tyas ke ruang rawatnya William. Ternyata dia masih di ICU. Gw doing yang masuk ke dalam ICU, Ayu dan Tyas nunggu di luar. Suster yang jaga ngedorong kursi roda gw mendekat ke kasurnya William.
            Ngeliat William berbaring gak berdaya gitu, tiba-tiba gw flash back ke jaman SMA pas Dika kecelakaan. Kepalanya di perban. Pasti itu luka yang gw tutup pake tangan. Semoga gak infeksi gara-gara tangan gw. Gw menggenggam tangannya. Hangat. Kalau dingin kan artinya….. enggak-enggak, ini masih anget. Dia baik-baik aja kok Lov.
            “William Mason Bramantyo… maaf aku gak bisa berbuat banyak. Kamu cepet sadar yah. Aku pengen denger kamu main piano lagi, terus nyanyi lagi, terus aku ikutan main music. I’ve flute, and you must teach me how to play it. Ok? Cepet sembuh yah Willy.”
            Gak lama setelah gw keluar ruang ICU, seorang suster memanggil gw. Dia pengen ngomong bentar sama gw. Dia menanyakan tentang William. Katanya sampai hari ini belom ada pihak keluarga yang bisa dihubungin. William juga gak ada alamat tempat tinggal di Jakarta. Adanya di Singapore. Keluarganya di Jakarta kan?
            “Lihat di KTPnya aja, sus. Atau enggak SIM-nya.”
            “Sudah mba, ada alamat apartementnya. Ketika ditanyakan kepada pihak apartement mengenai keluarga korban, mereka kurang mengetahui. Apa mba keluarganya?”
            “Saya….”
            “Dia memang bukan keluarganya sus. Tapi calon keluarga. Bisa diwakilkan saja?”
            Ayu memotong omongan gw ke susternya. Dan susternya percaya. Calon keluarga? Maksud lo?
            “Oh begitu. Nanti bisa isi data pasien? Nanti saya ke kamar rawat mba saja.”
            “Atur aja sus. Permisi sus.”
            Tyas mendorong kursi roda gw menuju kamar. Gw gak mikir kenapa Ayu tiba-tiba nyeplos gitu. Ketika masuk ke kamar, ada tamu. Mia sama Adi? Mereka tau juga gw kecelakaan? Iya, mereka dateng buat ngejenguk gw. Membawa buah-buahan untuk gw makan.aduh salah banget bawa buah, plis bawa pizza doong. Ngidam tiba-tiba.
            “Hahaha, lain kali deh kita bawa pizza, Lov.”
            “Eeh Mia, aku cuman becanda.”
            Gw mengobrol dengan mereka, menceritakan kronologi kecelakaan, seingat gw. Tyas menambahkan cerita gw kalau yang salah itu supir truknya. Dia dibawah pengaruh obat pereda sakit, sehingga dia ngantuk. Dan gw baru tau kalau ternyata yang nabrak mobil William itu sebuah truk. Gak kurang gede tuh. Syukur banget gw gak kenapa-napa.
            “Mamy, Papy, sama Odhi titip salam aja buat kamu. Mereka lagi gak di Jakarta Lov. Katanya cepet sembuh aja, biar bisa main-main lagi ke rumah.”
            Ucap Adi. Setelah Adi ngomong, gw langsung menceritakan mimpi gw ketemu Dika. Selesai gw cerita, mereka yang denger kayak langsung diem. Ada yang salah ya? Suster yang tadi dateng dan meminta gw mengisi data pasien. Gw ngisi sepengetahuan gw aja. Gw Tanya masalah admin gimana? Katanya udah diurus sama pihak asuransi di Singapore. Oohh gitu.
            Begitu susternya keluar dari kamar gw langsung nanya kenapa pada diem denger gw mimpiin Dika. Tapi yang dapat adalah kesunyian. Ada yang salah yah kalo gw mimpiin almarhum?
            “Gak ada yang salah kok, Lov. Itu ngejawab pertanyaan Yuri, kenapa pas di ruang UGD lo manggil-manggil Dika mulu.”
            Ucap Tyas. Mimpi itu terasa nyata, sekali gw ngomong gitu. Apa sebenernya arwah gw ketemu arwah dia yah di alam gak sadar gw? Rahasia Tuhan, gw gak bisa berfikir lebih jauh. Dika, meski itu cuman mimpi, ucapan kamu ada benernya. Aku tahu siapa yang kamu omongin. William kan? Begitu dia sadar, aku langsung ngasih tau dia kok. Makasih Dik, kamu emang deh my savior when I’m fall.
           

forever and always 2 : P.16


PART 16
PEACE

            Nanti malam resepsinya Rifky dan Neka. Entah gimana mukanya Sopie pas ngeliat gw dateng. Pasti dia ketawa terbahak-bahak sambil nunjuk ke muka gw dan dia ngerasa menang. Banyak yang bilang sebelum kita menang kita mesti ngerasain kalah dulu, dan itu sepertinya ditunjukan ke gw. tapi jujur deh, gw males banget buat tanding-tandingan lagi sama Sopie. Bukan karena gw kalah, tapi karena gw udah lelah. Lelah dibayang-bayangin kata-kata dia yang ngatain gw perawan tua mulu.
            “Mas Naya! Udah jam 7, ayo berangkat!!”
            Teriak gw dari garasi. Dan beberapa menit kemudian mas Naya keluar dengan ngegendong Dika kecil. Loh, katanya mau sendirian aja makanya gw temenin, kok sekarang bareng Dika yang jelas dari pakaiannya mau ikut. Gak lama kemudian kak Asma keluar dengan baju rapih layaknya mau kondangan.
            “Asma jadi ikut Lov, Dika juga ikut.”
            “Kalau gitu mah aku gak jadi ikut deh, mas.”
            Gw yang udah siap-siap di dalam mobil, keluar dan masuk ke dalam rumah. Gak lama setelah gw masuk, kak Asma nyamperin gw.
            “Kok gak jadi, Lov? Gara-gara aku ikut yah?”
            “Bukan kak. Aku tuh awalnya gak mau ikut, tapi karena mas Naya gak ada temennya makanya aku ikut. Males juga sebenernya. gak diundang lebih tepatnya.”
            “Rifky gak enak juga kali Lov, kalau ngundang kamu. Jadi gak mau ikut?”
            “Gak tau, liat nanti deh kak. Kalo mood aku dateng sendiri aja.”
            Akhirnya kak Asma dan mas Naya pergi, tersisa gw dirumah. Gw pengen dateng sebenarnya, tapi kalo sendirian juga males. Gw dateng pengen mengumbarkan perdamaian doang, meskipun itu nyakitin banget. Gw ngajak Vera, Tyas, Ayu, tapi tiga-tiganya gak bisa. Lagian mereka juga gak diundang. Siapa yah yang diundang?
            “Gw boleh bareng lo gak?”
            “Katanya sama mas Naya.”
            “Dia sama keluarganya”
            “Yaudah, lo udah siap? Gw muter balik ke rumah lo deh.”
            “Thanks yah Yur.”
            Yuri terkadang bisa diharapkan. Gak lama setelah gw nelfon Yuri, dia nyampe. Dan kita langsung menuju tempat resepsi. Yuri agak bingung kenapa gw mau dateng ke resepsinya Rifky padahal gw gak diundang. Gw jelasin maksud perdamaian gw, dan dia malah ngatain gw munafik. Ya what ever lah.
            Gw dan Yuri nyampe ke gedung resepsinya. Dan pas gw masuk, gw agak tercengang. Mewah banget resepsinya. Hmm dekornya agak mirip sama pernikahannya Dian Sastro, mungkin wo nya sama. Yuri mau nyalamin mempelai, dan gw gak mau. Akhirnya dia jalan sendiri,sedangkan gw nyari minum. Dan pas ngambil minum, tebak gw ketemu siapa? Yes, I meet Sopie. Dan bener pikiran gw, dia ketawa sinis, enggak terbahak-bahak dan gak nunjuk. Tapi jelas dia ngerasa menang banget ngeliat gw dateng ke resepsinya Rifky.
            “Ternyata lo berani juga dateng tanpa diundang. Hebat. Apa masih ngerasa terikat dengan Rifky?”
            “Gw kesini cuman nemenin orang yang diundang sama Rifky. Jadi sebenernya gw dateng gak lancang.”
            “Siapa? Kakak lo?  Gw tadi ngeliat dia bareng keluarganya.”
            Kalo gw bilang sama Yuri, menang telak nih gw. niatnya mau damai malah nyari ribut lagi nih gw.
            “Sama Yuri.”
            Sopie langsung diem, kehilangan banyak kata.
            “Gw dateng sama dia bukan karena mau mamer ke lo atau mau bikin lo gimana-gimana. I just need to talk with Rifky. Dan gw bisa ngelakuin itu kalo diundang, tapi nyatanya kan enggak. Jadi gw nemenin Yuri, gak lebih.”
            Terkadang minta maaf duluan emang susah banget, apalagi kalo masalah yang ada yang mulai bukan kita, ngapain minta maaf duluan. Tapi kalo dua-duanya egois, kapan selese nih masalah?
            “Sorry kalau apa yang gw lakuin di Paris ngerusak hubungan lo sama Yuri. Maksud gw cuman gak mau Yuri dibohongin aja. Dia temen baik gw, gw cuman mau yang terbaik buat dia, itu aja.”
            Gw meninggalkan Sopie yang tampaknya masih kaget denger ucapan maaf gw. baru berjalan beberapa langkah, gw balik badan dan jalan menuju Sopie lagi.
            “Makasih udah nyadarin gw tentang perawan tua. Itu nyadarin gw banget. Thanks sebelumnya, Sofie.”
            Damai itu indah, hmm I don’t know. Gw baru mengakhiri peperangan. Apakah nantinya indah? Belom tau kan.
            Gw keliling ruangan resepsi dan ketemu kak Asma dan Dika. Dia agak kaget ngeliat gw yang akhirnya dateng. Gw jelasin ke dia gw dateng bareng Yuri dan dia ngerti kenapa gw akhirnya dateng.
            “Kamu mau ke Rifky sama aku?”
            “Enggak usah, kak. Aku sendiri aja.”
            “Dia udah turun kok dari altarnya. Coba cari aja.”
            Gw ngangguk dan segera mencari Rifky. Kak Asma benar. Gw nemuin Rifky lagi ketawa-tawa sama Parjo. Neka juga ada disampingnya. Parjo ngeliat gw berjalan mendekati mereka bertiga, dan dia langsung izin mau makan. Rifky ngeliat gw dateng, Neka juga. Pas gw udah dekat, Neka tiba-tiba mendekat dan meluk gw. what are you doang, mam???
            “Sorry for everything, Lov. I stole your… and now I married him. What woman am i. I’m sorry.”
            “Forget the past, and look for the future.”
            Neka ngelepasin pelukannya. I think she already know, finally, who am I.
            “God bless you, Lovina. Hope you’ll find your truly love soon.”
            Neka sepertinya ngerti maksud gw nyamperin mereka berdua. Dia meninggalkan gw dengan Rifky. Oke tarik napas panjang dan utarakan apa yang mau lo bilang dengan cepat, padat, dan singkat.
            “Resepsinya bagus banget. Everything seem perfect. Congratulation for both of you. Selamat menempuh hidup baru, langgeng, dan abadi.”
            “Thanks.”
            “Maaf kalau aku dateng kesini tanpa diundang, aku gak bermaksud…”
            “Gak diundang? Undangannya gak nyampe?”
            What? Undangannya gak nyampe? Dia ngundang gw? pasti ulahnya si Sopie. Sialan banget tuh cewe. Barusan tadi gw damai, ternyata udah mau ngajakl perang lagi. salah banget dong tadi gw minta maaf.
            “Nyasar kali. Pokoknya intinya, aku gak mau ngebahas masa lalu. Aku cuman gak mau punya masalah yang terselesaikan dengan gak enak. Aku pengen kita berteman kayak dulu lagi. kayak dulu aja.”
            “Yeah, me too.”
            “Jadi kita temenan lagi kan kayak dulu? Kakak rusia?”
            “Hahaha. Iya, kayak dulu. Thanks for everything Lov.”
            Gw dan Rifky bersalaman. Dan gw pamit pulang. Gw nyari-nyari Yuri dan ternyata dia lagi ngobrol sama Sopie. Balikan nih ceritanya? Jangan di ganggu deh. Biarin mereka menata hidup mereka masing-masing. Balik naik taxi aja deh.
            Gw berjalan menuju lobby. Dan kata mba-mba recepsionistnya, taxinya abis dan baru ada sekitar 10 menit lagi. yaudah gw mutusin untuk nunggu taxi aja, dari pada gak pulang. Mobil lalu lalang di depan gw. entah ngejemput atau enggak nurunin penumpang, yang gak lain adalah tamu resepsi. Tiba-tiba ada mobil berhenti di depan gw. gak ada yang turun. Gw nengok ke samping kiri, kanan, belakang, gak ada tamu yang nunggu jemputan. Nih mobil mogok?
            Jendela depannya kebuka. Dan gw baru tau ternyata itu William. Dia nyuruh gw masuk, gak dengan omongan, tapi pake bahasa isyarat. Gw ngegeleng. Gw lagi mesen taxi, ya kali gw main kabur aja.
            “Please.” Ucap William.
            Terpaksa. Gw jalan ke resepsionisnya dan ngebatalin mesen taxi. Dan gw masuk ke dalam mobilnya William. Kayaknya pas gw ngintilin dia, mobilnya gak ini deh. Bawa berapa mobil sih lo ke Jakarta?
            Di dalam mobil yang ada hanyalah kesunyian. Entah kenapa dia ngejemput gw kalo cuman mau diem-dieman doang di mobil? Buat apa??? Sebuah tanda tanya besar di hati gw. Mobil jalan terus di jalanan Jakarta yang hari ini cukup padat. Yaelah masih jaman yah malam mingguan pada keluar semua? Dasar anak gaul Jakarta. William ngambil jalan ke arah rumah gw dengan rute yang berbeda. Dia ngambil jalan yang lebiiiiih jauh. Why? Ofcourse because that traffic jam. Tapi ini rute terlalu jauh. Sengaja yah lo?
            “Hmm, wil, hmm, gak kejauhan yah lewat, hmm, gak jadi deh.”
            Aduh gw takut banget nih ngomong sama dia. Keadaannya gak ngedukung gw buat banyak ngomong.
            “Dimana-mana macet, jadi gw ngambil jalan ini.”
            Oohh, kirain sengaja. Tau dari mana dia jalanan dimana-mana macet? Apa sebelum ke tempat nikahannya Rifky dia ke rumah gw dulu? Hmm niat banget dia.
            Dan ternyata, jalanan yang jauh ini ternyata macet juga. Aduh Jakarta, dari dulu macet gak pernah selese-selese. Dear pak gubernur, jangan mikirin penambahan sarana mulu dong coba selesin masalah yang gak pernah selese ini. Dan mobilnya terhenti. Macetnya stuck.
            “Lov, I need to talk with you.”
            “Yaudah ngomong aja.”
            Gw berusaha setenang mungkin mendengarkan si William ngomong. Kenapa mesti tenang? Karena dia pasti bakal ngomongin tentang kejadian diem-diemannya. William memutar balikan mobilnya. Sekarang kita kea rah tanpa tujuan. Katanya sih mau ngindarin macet. Mobil terus berjalan, William menceritakan acaranya kemaren pas di Singapore sama Rybak, itu karena kemauan gw, gw yang minta dia ceritain itu.
            “Jadi lo nyasar? Kok gak nelfon gw? Untung lo gak kenapa-napa, Lov.”
            “Kalo gw kenapa-napa, apa peduli lo? Lo nyariin gw aja enggak, Wil.”
            “Gw salah mengira Lov. Gw ngeliat lo sama cowo yang gw kira itu yang namanya Rifky.”
            Haduuuh Rifky gak mungkin sebule itu. Rifky tuh mukanya Indonesia banget, gak ada bule-bule nya. William muter balik, menjauh dari kemacetan. Katanya mau jalan-jalan dulu, nunggu sampe jalanan kea rah rumah gw udah agak gak macet. Radio pun dinyalain ke berita lalu lintas Jakarta. Dan akhirnya gw ngeliat jalanan Jakarta yang kosong juga. Finally.
            “Sorry for that, and sorry for….”
            “WIL…!!!!!!”
            …………………………………………………………